Kamis, 14 Februari 2013

TERBANG BALON DI CAPPADOCIA TURKI

Tentu ada dua hal yang menarik untuk diulas dari judul tulisan di atas, yaitu terbang balon dan mengapa harus di Cappadocia negerinya Kemal Atarturk sana. Saya berprofesi sebagai tenaga pengajar di suatu perguruan tinggi di Yogyakarta dan salah satu mata kuliah yang saya ampu adalah Pengenalan Penerbangan.  Sudah bisa diduga bahwa pokok bahasan dalam mata kuliah tersebut salah satunya membahas tentang sejarah penerbangan.  Isinya dimulai dari manusia bermimpi bisa terbang sampai dengan perkembangan wahana terbang modern saat ini.  Dalam sejarah penerbangan, ternyata terbang dengan balon udara telah dilakukan orang sejak lama. Pada tanggal 19 September 1783 balon udara diterbangkan pertama kali, meskipun penumpangnya bukan manusia melainkan kambing, bebek, dan ayam.  Balon bisa mengapung di udara selama 15 menit, sebelum jatuh ke bumi. Manusia pertama yang berhasil terbang dengan balon udara adalah 2 orang Perancis bersaudara yaitu Joseph dan Etienne Montgofier yang mampu bertahan selama 20 menit.  Penerbangan pertama dilakukan pada tanggal 21 Nopember 1783, dan selanjutnya ditetapkan sebagai hari lahir balon udara.

Bagaimana bentuk balon udara?

Pada dasarnya balon udara terdiri dari 3 bagian penting, yaitu kompor (burner), kantung balon (balloon envelope), dan keranjang (basket).  Kompor digunakan sebagai pemanas udara, kantung balon berfungsi sebagai wadah udara panas, dan keranjang sebagai wadah penumpang dan ruang pilot.  Bahan bakar yang digunakan pada kompor adalah propane dalam bentuk gas ataupun cair,  yang tersimpan dalam botol-botol besar yang ditempatkan di ruang pilot yang posisinya di tengah-tengah keranjang. Besarnya api kompor sebagai pemanas udara dalam balon bisa diatur oleh pilot dengan membuka dan menutup katub.   Kantung udara terbuat dari nylon yang cukup kuat,  berbentuk kantung balon dan jika telah dikembangkan akan berdiri tegak  setinggi 42 m dan diameter sekitar 8 m.  Bagian bawah balon terbuka, sedangkan bagian atas balon tertutup dan dilengkapi parasit yang bisa dibuka atau ditutup sehingga berfungsi sebagai katub udara. Kantung udara bagian bawah yang berbentuk melingkar disebut  scoop atau skirt, terbuat dari nylon yang dilapis bahan tahan api.  Dengan demikian kompor pemanas yang ditempatkan pada lubang kantung udara bagian bawah, tidak akan membakar skirt atau scoop.  Keranjang berukuran 3m X 1,5 m  disekat dalam tiga ruangan. Bagian pinggir diperuntukkan bagi penumpang, sedangkan di tengahnya yang ukurannya agak kecil sebagai ruang pilot dan penempatan 4 botol propane.  Kapasitas keranjang bisa memuat sekitar 20 penumpang.  

Mengapa balon bisa terbang dan cara mengendalikannya? 

Balon bisa mengapung di udara berdasarkan pada hukum fisika yang sederhana, yaitu Hukum Buoyancy atau Hukum Archimides.  Pada saat massa udara dalam kantung balon dipanaskan, maka kerapatan udara menjadi renggang dan berat udara menjadi ringan.  Jika balon diisi udara dingin, maka balon akan lebih berat jika dibanding dengan jika isinya udara panas. Beda berat inilah yang menghasilkan  gaya apung (buoyancy force) yang mengangkat balon beserta beban (penumpang) ke atas. Kemampuan balon untuk naik ke atas, ditentukan oleh jumlah pemanasan udara dalam balon.  Karena itu jika ingin menaikkan balon, maka api kompor dinyalakan dan parasit pada posisi menutup sehingga udara panas tidak ada yang ke luar dari balon.   Demikian juga sebaliknya pada saat balon ingin turun, maka parasit yang terletak di puncak balon dibuka, sehingga sebagian massa udara panas ke luar dari kantung yang berakibat balon akan turun karena menjadi lebih berat. Jadi gerakan balon secara vertikal (naik atau turun) dikendalikan dengan cara menambah atau mengurangi udara panas dalam balon.   Kemudian untuk kendali terbang arah horisontal, pada kantung balon dilengkapi rotation flap.
Itulah sekedar bentuk fisik dan bagaimana balon bisa terbang.  Nah sekarang apa yang memotivasi saya dan juga apa istimewanya terbang balon di Cappadocia? Sebelumnya sudah saya sampaikan bahwa saya dosen pengajar yang salah satu mata kuliah yang saya ampu adalah Pengenalan Penerbangan. Nah mengajar yang berbasis ilmu dan didukung dengan pengalaman, akan memberikan pemahaman yang lebih baik bagi anak didik. Kemudian apa istimewanya jauh-jauh sampai Cappadocia yang letaknya di tengah-tengah Turki?
Cappadocia diambil dari kata “katpatukya” yang dalam bahasa Persia berarti “Tanah Kuda Cantik”.  Saya tidak tahu apa hubungan antara “Kuda Cantik” dengan daerah ini. Cuma yang saya lihat daerah ini kalau orang Jawa mengatakan  “bukan jamak lumrahe”.  Artinya bukan biasanya fitur daratan bumi seperti ini. Apalagi kalau landskap Cappadocia dilihat dari suatu ketinggian, maka seakan kita berada di suatu tempat di luar bumi. Malah ada yang mengatakan bahwa berada di Cappadocia, seakan kita sedang menjelajah di daratan bulan (moonland) dengan pemandangan yang spektakuler berupa bebatuhan dengan bentuk unik dan warna yang khas pula. Orang menyebut bebatuan di Cappadocia  sebagai Cerobong Asap Peri (Fairy Chimney).  Saya juga tidak tahu mengapa ada istilah “peri”. Tapi yang jelas bentuk batuan disini memang rata-rata menjulang tinggi menyerupai cerobong asap. 


Pilar bebatuan dengan bentuk "Fairy Chimney"

Pembentukan bebatuan tersebut merupakan hasil  aktivitas vulkanik dari gunung berapi Erciyes, Melendiz dan Hasan yang menutup wilayah tersebut dengan sedimen vulkanik dan abu. Konon sedimen tersebut mencapai ketebalan 100 m, dan kemudian setelah mengalami proses alam yang berlangsung ribuan tahun lamanya, maka terbentuklah lanskap Cappadocia seperti sekarang.  Proses alam tersebut berupa pemanasan/ pendinginan, pembekuan/peleburan, kena hujan/angin, dan dengan adanya perbedaan tingkat ketahanan erosi angin antar lapisan batuan, maka terbentuklah pilar-pilar batu yang unik dan menawan. Bebatuhan di Cappadocia bukan batuan keras, sehingga dengan bersenjata uang coin, seseorang bisa membuat lubang dengan mengerok batuan tersebut.  Oleh karena itulah maka daerah pegunungan Cappadocia ini digunakan sebagai tempat pemukiman dengan membuat bangunan-bangunan bawah tanah dan berbagai fasilitas umum.  Bahkan di beberapa lokasi di Cappadocia antara lain Kaymakli dan Derinkuyu dibangun kota bawah tanah (underground city) yang konon digunakan sebagai tempat pelarian umat kristiani pada abad ke 7. Berdekatan dengan lokasi tersebut yaitu Goreme terdapat pemukiman serta gereja-gereja bawah tanah, yang sekarang dijadikan sebagai Open Air Museum. Nah kita tinggalkan keelokan alam Cappadocia dengan berbagai atribute yang menambah semakin menawannya  Cappadocia sebagai tujuan wisata. Mari kita kembali pada petualangan dengan terbang balon udara.

Goreme Open Air Museum
Pada pukul 05.00 kami sudah dijemput dengan menggunakan kendaraan sejenis microbus bergambar balon terbang dan bertuliskan “Kapadokya Balloons”. Waktu siang hari di Turki pada musim dingin cukup pendek, karena matahari terbit sekitar pukul 07.00 dan tenggelam sebelum pukul 17.00.  Dengan demikian pukul 05.00 masih cukup gelap dan belum masuk waktu sholat Subuh. Kami dibawa ke suatu ruangan besar yang cukup representatif untuk sarapan pagi sambil menunggu persiapan terbang. Ternyata setelah makan pagi selesai, penerbangan tidak segera dilakukan karena cuaca belum memenuhi syarat untuk keselamatan penerbangan balon. Pada pagi itu langit mendung dan gerimis kecil-kecil disertai angin cukup kencang (windy).  Setelah setengah jam penundaan, maka kami diajak ke lokasi penerbangan yang memakan waktu sekitar 15 menit.  Perjalanan melalui jalan sempit dengan belokan-belokan tajam, dan kami berada di belakang mobil yang menarik gerobak berisi balon yang akan kami tumpangi. Akhirnya sampailah pada suatu wilayah yang datar dan luas, dan terlihat puluhan balon yang dipersiapkan untuk terbang. 

Berpose di depan balon yang sedang ditiup

Balon yang akan kami tumpangi dihamparkan dilapangan yang luas dan selanjutnya ditiup menggunakan blower, sehingga balon mengembang namun masih posisi rebah.  Setelah itu udara dalam balon dipanaskan dengan kompor, dan selanjutnya badan balon menggeliat secara perlahan ke berdiri tegak.  Akhirnya balon benar-benar berdiri tegak dan  kami diperintahkan untuk masuk keranjang dengan cara memanjat dinding keranjang setinggi sekitar 1,5 m.  Pada saat para penumpang memasuki keranjang, posisi balon tidak stabil yang kadang miring dan mau rebah.  Namun setelah semua penumpang masuk ke dalam keranjang, posisi keranjang menjadi stabil.  Selanjutnya pilot memberikan briefing khususnya saat balon akan mendarat nanti. Pada saat mendarat, para penumpang agar berpegangan tali yang tersedia cukup banyak di keranjang dan posisi badan membelakangi arah pendaratan. Begitu briefing usai, selanjutnya balon mulai mengangkasa dengan tenangnya setelah pilot menutup parasit di atas balon.  Bisa dipahami dengan menutup parasit di atap balon, berarti katub ditutup dan udara yang dipanaskan tidak bocor ke luar dan sepenuhnya digunakan untuk mengangkat balon. 

Salah satu sudut lanskap Cappadocia

Pada saat kami mencapai suatu ketinggian, maka mata kami betul-betul dimanjakan oleh pemandangan alam yang menakjubkan.  Dibatas mata kami memandang, terlihat hamparan lembah dan ngarai serta batuan-batuan yang sebagian besar membentuk pilar-pilar tinggi. Batuan-batuan tersebut nampak dari ketinggian ada beberapa yang berlubang, yang ternyata bahwa memang banyak pemukiman masa lalu yang dibangun dengan membuat rongga-rongga dalam batuan tersebut.  Selain formasi batuan dan bentuk bebatuan yang unik dan sangat berbeda dengan bebatuan di belahan dunia manapun, maka warna batuanpun juga berbeda.  


Terbang balon dengan ketinggian 700m

Warna batuan di Cappadocia rata-rata putih semburat keperakan.  Pilot balon udara yang membawa kami sesekali sengaja untuk terbang rendah, terutama untuk mengamati obyek-obyek secara lebih dekat, sehingga seakan keranjang akan menabrak puncak-puncak bebatuan. Balon yang diterbangkan cukup rendah, membuat kami bias lebih jelas melihat ada relief atau guratan-guratan hasil pahatan alam yang berlangsung secara halus perlahan dan berproses ratusan ribu tahun lamanya.  Guratan yang teratur pada batuan tersebut seakan sebagai pembatas permukaan air, sehingga nampak jelas perbedaan antara bagian batuan yang berada di bawah permukaan dan di atas permukaan air.  Melihat phenomena ini ada yang berspekulasi bahwa dahulu kala telah terjadi proses geologi yang mangangkat dasar sungai ke atas. Untuk bisa memandang obyek secara luas, balon juga dinaikkan sampai ketinggian 700 m, dan dari ketinggian tersebut diperlihatkan obyek-obyek yang menawan seperti lembah merpati (pigeon valley), love valley dan lain-lain.  Disebut lembah merpati, karena daerah tersebut tempat bermukimnya ribuan burung merpati, dengan pilar-pilar batu berlubang sebagai rumah merpati.   


Love Valley
Dari atas nampak banyak burung merpati yang secara bergerombol terbang dari satu bebatuan ke bebatuan yang lain.  Selanjutnya dapat diduga bahwa love valley (lembah cinta), karena memang dari atas nampak formasi bebatuan berbentuk menyerupai alat kelamin laki-laki. Saya berpikir yang menamakan lembah ini didasarkan fakta atau lebih terdorong pikiran “ngeres”.  Yah …tapi memang nama itulah yang populer! Saking asyiknya menikmati panorama di bawah, tidak terasa bahwa kami sudah terbang hampir 1 jam.  Saat itu balon masih berada ketinggian 700 m, dan langit gelap kelabu serta mulai turun titik-titik kecil yang tadinya dikira sebagai salju. Terbang balon sangat berbeda dengan terbang dengan pesawat. Pesawat bias terbang karena reaksi sayap terhadap udara yang mengalir, sedangkan balon bias terbang karena sejumlah massa udara panas dalam kantung balon yang lebih ringan dari pada kalau kantung balon berisi udara dingin. Dengan demikian terbang dengan pesawat akan mudah tergoncang (bounching) jika pesawat masuk cuaca buruk, sedangkan terbang balon lebih stabil dan nyaman meski cuaca buruk kecuali kecepatan angin.  Tidak beberapa lama pilot mengisyaratkan bahwa balon akan segera turun dan mengarahkan ke padang rumput yang luas.  Ternyata bahwa balon bisa mendarat persis di atas landasan truk.  Sesuai tradisi selesai penerbangan dilakukan dengan acara minum sampanye dan pembagian sertifikat terbang bagi setiap peserta penerbangan.  Mengingat saya tidak minum sampanye, maka minum soft drink cukup nikmat meskipun pada suhu udara yang sangat dingin di Cappadocia. Itulah pengalaman berpetualang terbang dengan balon panas di Cappadocia.  Mungkin saja suatu saat kita bisa terbang balon di tempat lain tidak terkecuali di Indonesia, namun terbang balon di atas lanskap Cappadocia yang orang Jawa bilang sebagai “ora jamak lumrahe” tentu merupakan pengalaman tersendiri yang mengasyikkan ……….     

Minggu, 10 Februari 2013

BINATANG MALAM DI PULAU KALONG

  Pulau Kalong

Menjelang Maghrib, kapal kecil rombongan alumni FK UGM masukan 65 dimana saya terikut di dalamnya (meski bukan dokter juga), bersandar di laut berjarak beberapa ratus  meter dari Pulau Kalong. Pulau Kalong adalah salah satu dari sekian banyak gugusan pulau di perairan wilayah Flores yang membentuk formasi melingkar berlapis-lapis. Jika dipotret dr ketinggian, gugusan pulau yg diterpa sinar matahari sore dan memantulkan cahaya kuning keperakan itu, terlihat seperti tumpeng nasi kuning keemasan yg disusun berjejer secara melingkar berlapis, dg beralaskan laut biru yang tenang seperti hamparan permadani beludru. Kemudian apa yang istimewa di Pulau Kalong? Ternyata bahwa binatang malam ini menghuni hutan mangrove di pulau tersebut dengan jumlah puluhan ribu. Nah pada hari gelap yang sedang ditunggu nanti, kalong akan terbang ke suatu tempat untuk mencari makan. Memang terbukti, beberapa menit setelah matahari tenggelam dan langit sudah beralih warna dari merah semburat menuju gelap, maka mulai beterbanganlah binatang malam itu secara berurutan sambung menyambung tiada henti seakan menutup langit. Jejak terbang puluhan ribu kalong tersebut ibarat aliran air bah yg bersumber dari titik pusaran yg selalu bergerak dari  pepohonan mangrove satu ke berikutnya. Mereka terbang dengan pola yang sama, terbang dengan ketinggian dan kecepatan yang sama pula. Meskipun jumlah mereka sangat banyak, tetapi  mereka terbang dengan tertib dan teratur, tidak saling berebut mendahului. Mereka terbang  dengan arah dan tujuan yang sama,  yaitu pulau Flores yang mereka yakini sebagai sumber makanan mereka. Meskipun dalam kondisi  gelap, tetapi tidak pernah ada peristiwa tubrukan antar mereka.
Kalong dikenal sebagai binatang malam yang mempunyai ketajaman penglihatan justru pada kondisi  gelap.  Ketajaman penglihatan kalong didukung oleh peralatan radar yang mereka punyai, sehingga gelombang ultrasonik yang dia keluarkan jika mengenai benda di sekitarnya akan dipantul balik. Dengan demikian kalong akan bisa menentukan secara tepat posisi dia terhadap benda-benda di sekelilingnya. Karena itulah kalong akan semakin tajam penglihatannya saat gelap, dan justru sebaliknya akan tidak bisa melihat dan buta dalam suasana terang, karena sinar matahari akan mengacaukan penglihatan mereka.
Nah melihat penomena alam tersebut, saya jadi ingat dengan kata Pak Ustadz bahwa kelelawar  adalah makluq Tuhan yang memang sengaja diciptakan Alloh seperti itu, agar menjadi pelajaran bagi manusia. Betapa banyak manusia yang tidak bisa melihat dan buta, saat mereka berada dalam keadaan terang benderang. Ketika mereka dalam kondisi sehat, banyak rezeki, karier meningkat dll, justru saat itu mereka tidak bisa melihat kelebihan yang ada pada dirinya untuk beribadah, mendekatkan diri kepada Alloh dan mensyukuri semua nikmatNya.
Tetapi, ketika mereka mengalami banyak masalah seperti sakit, rezekinya tersendat, karier mentok, tertimpa musibah atau dengan kata lain dalam "kondisi gelap", barulah mereka sadar untuk mendekat pada Alloh. Kesadaran untuk mendekat kepada Alloh dalam kondisi susah itu bagus, tetapi istiqomah untuk selalu dekat dengan beribadah dalam kondisi apapun itu jauh lebih bagus. Kualitas ibadah dan syukur nikmat yang kita lakukan saat senang pasti akan jauh lebih berkualitas jika dibanding dengan saat kita susah. Maka saya ingat lagi kata Pak Ustadz yang lain: "Hampiri Tuhanmu saat engkau lapang, maka Tuhanmu pasti menghampirimu saat engkau sempit". Orang bertaubat saat usia tua itu bagus, tetapi orang yang bertaubat saat usia masih muda itu tentu jauh lebih bagus lagi ..............!

Selasa, 05 Februari 2013

PESAN BERMAKNA DARI RUANG TOILET


PESAN BERMAKNA DARI RUANG TOILET
 “Ingat jangan tinggalkan jejak ……., setelah kita ada lagi yang menggunakannya”
Sesaat kalimat tersebut biasa-biasa saja, namun setelah direnungkan dalam-dalam terasa bukan hal yang biasa.  Pesan ini dijumpai di ruang toilet di Bandara Soetta, yang kalau dipahami secara sederhana merupakan himbauan atau permintaan agar kita peduli terhadap kebersihan setelah menggunakannya, sehingga pengguna berikutnya tidak terganggu dan dapat menggunakannya dengan nyaman.   Namun jika pesan yang ditulis dengan gambar karikatur serta dibingkai indah tersebut dipahami lebih universal, maka pesan tersebut menjadi sarat makna.  Siapapun dan apapun profesi kita, jika berorientasi kepada kepentingan orang atau pihak yang bersinggungan dengan pekerjaan kita, pasti kita akan berupaya melakukan pekerjaan atau kegiatan dengan kualitas yang lebih optimal. Marilah kita ambil sebuah contoh misalnya seseorang dengan profesi guru/dosen. Pertama diidentifikasi lebih dahulu siapa saja pengguna hasil kinerja kita sebagai tenaga pendidik.  Hasil kinerja berupa output/outcome dari hasil didik kita, bisa digunakan oleh dunia usaha/industri, direkruit menjadi pegawai pemerintah atau lembaga negara yang lain, digunakan oleh masyarakat, ataupun perguruan tinggi lain jika anak didik kita melanjutkan pendidikan ke jejang yang lebih tinggi. Disamping itu masyarakat secara luas sangat berkepentingan terhadap output/outcome seorang guru/dosen.  Dengan demikian kita bisa memetakan pihak-pihak yang berhubungan dengan kinerja kita sebagai guru/dosen, termasuk yang paling utama adalah para murid/mahasiswa itu sendiri.  Mereka semua sebagai pemangku kepentingan atau “stakeholders” yang harus dilayani dengan baik dan memuaskan. Oleh karena itulah di setiap lembaga pendidikan tidak terkecuali di perguruan tinggi, disusun suatu metode bagaimana cara memuaskan “stakeholders” yang kemudian dikenal dengan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI). Tujuan SPMI adalah memelihara dan meningkatkan mutu pendidikan tinggi secara berkelanjutan, yang dijalankan oleh suatu perguruan tinggi secara internal, untuk mewujudkan visi, serta untuk memenuhi kebutuhan stakeholders melalui penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi. Pencapaian tujuan penjaminan mutu dilakukan melalui SPMI, untuk kemudian memperoleh akreditasi melalui SPME oleh BAN-PT atau lembaga mandiri yang diakui Pemerintah.  Dalam Sistem Penjaminan Mutu ada suatu slogan yang sederhana, yaitu “tulis apa yang kamu kerjakan, dan kerjakan apa yang kamu tulis”.  Maknanya bahwa semua praktek baik (best practices) yang telah menjadi tradisi yang bagus pada suatu unit kerja harus didokumentasikan dalam bentuk Buku Peraturan/Petunjuk atau sejenisnya. Selanjutnya agar Buku Peraturan/Petunjuk tersebut mudah dioperasionalkan, maka harus  dijabarkan dalam bentuk Standard Operating Procedures (SOP).  Dalam SOP tersebut akan secara gamblang menjelaskan “siapa” dan “melakukan apa”.  Kalau dokumen yang berisi peraturan ataupun SOP tersebut sudah tersedia, maka dokumen-dokumen tersebut harus digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaannya (“kerjakan apa yang kamu tulis”).  Namun sebelum dilaksanakan  harus disosialisasikan dan dilatihkan pada setiap amggota unit kerja.  Jika prestasi kerja setiap SDM didasarkan pada capaian kinerja yang sudah ditetapkan dalam standar mutu setiap unit kerja, maka diyakini bahwa setiap individu organisasi akan berusaha melaksanakan tugas dengan baik dan tuntas (job accomplished). Dengan demikian operasional organisasi yang dilakukan dengan konsep SPMI, akan cenderung membentuk manusia-manusia yang berbudaya mutu dan berkebiasaan baik (“well human being”).  Jika semua sivitas akademik suatu perguruan tinggi terdiri dari  komunitas yang terbentuk dari individu-individu yang "well  human beeing" maka mereka akan "well performed" dalam menjalankan tugas masing-masing.  Akhirnya PT dimana mereka berada akan menjadi PT unggulan yang mampu berkompetisi dengan baik. Dengan demikian, peningkatan mutu perguruan tinggi secara berkelanjutan dapat diwujudkan secara komprehensif dengan menciptakan budaya mutu melalui SPM-PT. Peningkatan mutu perguruan tinggi atau secara umum peningkatan kualitas pendidikan Indonesia harus menjadi prioritas saat ini.  Salah satu alasan adalah karena tingkat daya saing bangsa Indonesia dibanding dengan negara-negara lain belum menggembirakan termasuk dengan Asean sekalipun. Setiap tahun badan dunia UNDP mengeluarkan laporan tingkat daya saing bangsa yang dinyatakan dalam Human Development Index (HDI). Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan produk dari pendidikan tidak terkecuali perguruan tinggi. Oleh karena itu lembaga pendidikan termasuk perguruan tinggi, harus berupaya keras meningkatkan kualitasnya dengan memperkuat sistem penjaminan mutu. Inti dari sistem penjaminan mutu terletak pada perilaku mendahulukan dan memuaskan pelanggannya atau stakeholers. Siapakah stakeholders? Mereka adalah yang akan menikmati secara langsung ataupun tidak langsung hasil kinerja kita.  Guna senantiasa menyadarkan pada kita, maka tataplah dalam-dalam pesan yang tercantum dalam bahasa karikatur tersebut.  Kita jangan tidak mengindahkan hanya gara-gara pesan itu berasal dari sebuah toilet, yang sering dikonotasikan sebagai tempat yang jorok dan bau. Selama ini kita mengenal kata bijak : "Undhur maa qoola walaa tandhur man qoola", yaitu "janganlah lihat siapa yang bicara, namun lihatkan apa yang dibicarakan".  Kata bijak tersebut, juga bisa dikembangkan sehingga bermakna :  “jangan lihat dari mana pesan itu berasal, tapi lihatlah makna dari pesan itu”…….   

Minggu, 27 Mei 2012


BAGAIMANA MENYIKAPI SETIAP KEJADIAN KECELAKAAN PESAWAT TERBANG



Kecelakaan pesawat terbang, selalu mengundang berbagai tanggapan, ulasan, ataupun analisa dari berbagai kalangan.  Kejadian luar biasa ini selalu dimanfaatkan oleh berbagai media massa khususnya televisi untuk menayangkan acara yang secara khusus membahas kecelakaan,  dengan menghadirkan para nara sumber /pengamat penerbangan.  Inilah salah satu sisi buruk dari suatu informasi yang  sudah menjadi komoditi masyarakat, sehingga sering informasi hanya dipandang dari sisi “laku jual”.  Kecenderungan dari pandangaan tersebut menjadikan informasi tidak dinilai secara kualitas, namun hanya dilihat dari sejauh mana suatu informasi bisa memberikan dampak sensasi bagi masyarakat yang pada ujung-ujungnya akan meningkatkan rating penonton.
Black Box (VCR dan FDR). Menganalisa kecelakaan pesawat terbang mempunyai kesulitan tinggi karena minimnya saksi, yang sangat berbeda dengan menganalisa kecelakaan transportasi darat yang biasanya disaksikan banyak orang.  Salah satu contoh peristiwa jatuhnya SSJ 100 (Sukhoi Super Jet 100) di Gunung Salah yang sunyi sepi dan seluruh penumpang dan awaknya meninggal dunia, sehingga tidak ada saksi hidup yang bisa menjelaskan proses terjadinya kecelakaan. Dengan demikian pola sebaran serpihan pesawat, pola kerusakan bagian-bagian pesawat, posisi alat kendali, bekas tumbukan pesawat di tanah bisa digunakan sebagai petunjuk investigasi. Pola sebaran serpihan pesawat bisa memberikan petunjuk apakah pesawat meledak di suatu ketinggian atau jatuh baru meledak. Sudu-sudu kompresor yang terdeformasi  cenderung melengkung ke depan berarti saat kecelakaan kondisi mesin hidup, dan sbaliknya jika melengkung ke belakang berarti saat terjadi kecelakaan mesin pesawat dalam keadaan mati. Demikian juga posisi alat-alat kendali seperti tuas mesin, alat pendarat, flap bisa juga sebagai petunjuk investigasi.  Namun ada bagian pesawat yang merupakan saksi super penting yaitu black box. Black box terdiri dari dua komponen yaitu Voice Cockpit Recorder (CVR) dan Flight Data Recorder (FDR). Voice Cockpit Recorder memuat dokumen pembicaraan antar crew dalam cockpit dan komunikasi antara pilot dengan ATC, sedangkan FDR memuat dokumen tentang data-data penerbangan (misalnya kecepatan, ketinggian, posisi pesawat, dan sebagainya). Hasil pengolahan data-data tersebut akhirnya bisa diambil sebuah kesimpulan tentang penyebab terjadinya kecelakaan pesawat terbang.
Heboh Analisa Pengamat Terhadap Kecelakaan Pesawat MA-60. Ambil sebuah contoh tentang kecelakaan pesawat terbang  MA-60 buatan Xian Aircraft nomor penerbangan MZ 8968 milik MNA di Kaimana Papua setahun lalu.  Kecelakaan tersebut begitu heboh diulas oleh para pengamat baik  yang memang berbasis kompetensi penerbangan ataupun pengamat “instant” yang sekedar ikut nimbrung. Kejadian ini menjadi menarik karena kebetulan pesawat yang jatuh merupakan produk China, dioperasika oleh maskapai milik BUMN,  belum tersertifikasi Federation Aviation Administration (FAA), dan proses pengadaannyapun dikatakan berbau kontroversi. Para nara sumber/pengamat beramai-ramai menyampaikan ulasan di media massa dengan parameter-parameter yang serba minim. Sebagian besar para nara sumber saat itu menduga kuat bahwa kecelakaan disebabkan karena faktor pesawat, antara lain kesalahan dalam design ataupun mengalami kegagalan sistem/strukturnya. Dalam sebuah gurauan dikatakan bahwa pesawat MA-60 buatan China ini ibarat “Mochin” yang kualitasnya kurang memadai.  Dalam acara “talk show” di salah satu TV seorang mantan pilot menyampaikan bahwa pesawat MA-60 saat melakukan “landing approach” tiba-tiba jatuh dengan posisi vertikal, sehingga dengan penuh keyakinan dikatakan bahwa pesawat tersebut bermasalah dalam stabilitas terbangnya. Bahkan beberapa anggota DPR juga ikut nimbrung memberikan ulasan dan merekomendasikan agar semua pesawat MA-60 di “grounded”, alias tidak boleh terbang sampai dengan diketemukannya penyebab kecelakaan. Kalau dengan kejadian ini seorang anggota DPR  mempertanyakan aspek cara pengadaannya, maka wajar karena DPR mempunyai hak budgeting. Tetapi kalau soal “grounded” pesawat terbang, mestinya sudah bukan wilayah DPR lagi. 
Hasil Investigasi KNKT. Beberapa minggu yang lalu KNKT telah mengeluarkan secara resmi hasil investigasi kecelakaan pesawat MA-60 di Pulau Kaimana Papua yang terjadi setahun lalu.  Tidak ada satupun pendapat, ulasan, ataupun analisa dari para nara sumber/pengamat yang cocok dengan hasil investigasi KNKT ini.  Dengan meyakini bahwa hasil investigasi KNKT diperoleh dari pengolahan berbagai data termasuk data yang tersimpan dalam black box, maka tidak satupun data yang mengarah bahwa pesawat sebagai penyebabnya.  Rekaman dalam VCR tidak terdengar adanya kegaduhan dalam cockpit sesaat sebelum kecelakaan. Hal ini membuktikan bahwa kecelakaan terjadi secara mendadak dan tanpa disadari oleh pilot/copilot, yang berarti pula kecelakaan tidak disebabkan oleh kegagalan struktur ataupun sistem.  Selanjutnya KNKT menyimpulkan bahwa kecelakaan disebabkan karena “human error”, yaitu pilot memaksakan pendaratan secara visual dalam kondisi yang tidak memenuhi syarat. Persyaratan pendaratan visual antara lain harus mempunyai jarak pandang minimal 5 km dan ketinggian dasar awan minimal 1500 kaki.  Pada saat itu bandara dalam keadaan cuaca buruk dengan jarak pandang hanya 2 km dan ketinggian dasar awan 1400 ft, sedangkan landasan tidak tersedia alat bantu untuk pendaratan secara instrumen. Kecelakaan pesawat terbang selalu dihubungkan dengan tiga faktor penyebab, yaitu faktor manusia (human), faktor pesawat terbang (machine), dan faktor media (cuaca, fasilitas bandara, dll). Menurut statistik “human error” andilnya  paling besar yaitu 66%;  faktor pesawat terbang 31.8% dan cuaca 13.2%. Ketiga faktor penyebab tersebut biasanya tidak berdiri sendiri, melainkan bisa merupakan gabungan dari dua atau tiga faktor sekaligus. Berdasarkan pertimbangan tersebut berarti kecelakaan MA-60 di Kaimana diawali oleh faktor cuaca dan fasilitas bandara Utarom yang tidak memenuhi syarat untuk pendaratan dengan instrumen, yang akhirnya  memicu terjadinya “pilot error”. Dalam hal ini pilot memaksakan pendaratan secara visual pada kondisi cuaca yang tidak memenuhi syarat.  Seharusnya yang dilakukan pilot adalah membatalkan pendaratan dan melakukan “go around”.   
 Bagaimana Mensikapi Setiap Kejadian Kecelakaan Pesawat. Perbedaan tajam antara perkiraan penyebab kecelakaan hasil analisa para nara sumber/pengamat dengan hasil akhir investigasi oleh KNKT, hendaknya menjadi pembelajaran untuk lebih bijak dalam mensikapi terjadinya kecelakaan pesawat terbang.  Ketidak profesionalan para narasumber/pengamat dalam memberikan ulasan/analisa kecelakaan pesawat terbang akan banyak berdampak negatif. Ulasan yang mengarah kepada kesalahan design ataupun kegagalan struktur/sistem pesawat, telah membuat para pengguna jasa transportasi udara menjadi takut menggunakan pesawat terbang khususnya pesawat yang diisukan tidak layak terbang. Kondisi ini telah menyebabkan kerugian besar baik secara finansial maupun “image” bagi maskapai penerbangan selaku operator pesawat yang mengalami kecelakaan termasuk pabrik pembuat pesawat tersebut. Sekali lagi bahwa saksi yang sangat minim pada setiap kecelakaan pesawat terbang, membuat parameter-parameter sebagai pendukung dalam mencari penyebab terjadinya kecelakaan juga sangat terbatas. Asumsi-asumsi yang dibangun dengan menghubungkan antar parameter saat sebelum terjadinya kecelakaan seperti cuaca, jejak pesawat, komunikasi dengan ATC, riwayat pesawat terbang dan parameter-parameter yang lain sangatlah tidak cukup untuk membuat kesimpulan besar. Oleh karena itu para nara sumber/pengamat harus bisa mengeluarkan pernyataan secara bijak dalam mengulas kecelakaan pesawat terbang.  Ulasan yang bersifat normatif, general, namun akademis, mungkin malahan akan bermanfaat bagi pembelajaran publik khususnya tentang wawasan ilmu penerbangan. Tetapi jika ulasannya cenderung tendensius, dampak negatifnya akan lebih besar dan cenderung membingungkan serta membodohi masyarakat.  Kecelakaan SSJ 100 di Gunung Salak Bogor baru saja reda dari berbagai ulasan/analisa dari para nara sumber/pengamat. Kita menunggu sampai dimana tingkat akurasi dari ulasan yang disampaikan, dibandingkan dengan hasil investigasi KNKT yang semoga bisa diumumkan secara transparan kepada publik. Sebaiknya memang kita harus menunggu hasil investigasi KNKT.  Hanya sayang sampai artikel ini ditulis, FDR sebagai salah satu saksi kunci untuk membuka misteri penyebab kecelakaan pesawat tersebut belum ditemukan.   

SEMANGAT BELA NEGARA YANG MULAI LUNTUR

 Dikisahkan Panglima Besar Sudirman yang menderita sakit di Rumah Sakit Panti Rapih di Yogyakarta, tiba-tiba dikejutkan dengan suara ledakan. Ternyata ledakan tersebut berasal dari serangan Belanda ke kota Yogyakarta, sebagai wujud kemauan keras Belanda yang ingin mengulang kembali penjajahannya di Indonesia. Pak Dirman pada saat itu dalam kondisi sakit serius, karena baru saja menjalani operasi paru-paru yang mengakibatkan beliau hanya menggunakan paru-paru sebelah. Anak buah Pak Dirman berusaha untuk menutupi kejadian sebenarnya dengan mengatakan bahwa sumber ledakan berasal dari suara tembakan anak-anak buah beliau yang sedang menjalani latihan. Namun naluri keprajuritan Pak Dirman mengatakan bahwa ada suatu yang tidak beres telah terjadi pada negeri yang beliau cintai. Sadar terhadap kondisi negara yang sedang terancam, maka dalam kondisi sakit beliau menemui Presiden Soekarno di Istana Gedung Agung Yogyakarta. Pada saat Pak Dirman menyampaikan niatnya untuk meminta ijin memimpin perang gerilya melawan Belanda, disitu terjadi dialog singkat tetapi sarat dengan nilai yang tidak akan terlupakan dalam sejarah perjuangan bangsa. Pada saat itu Bung Karno melarang dengan mengatakan : “Kangmas sedang sakit, lebih baik tinggal di kota”. Permintaan Bung Karno tersebut dijawab dengan tegas oleh Pak Dirman dengan mengatakan : “Yang sakit adalah Sudirman, Panglima Besar tidak pernah sakit”. Pernyataan ini mengandung makna intrinsik yang membedakan antara Sudirman sebagai individu dan Sudirman sebagai Panglima Besar. Sudirman sebagai individu lebih terwujud dalam bentuk fisiknya yang sakit, sedangkan panggilan tanggung jawab dan kehormatannya sebagai Panglima Besar terwujud dalam bentuk jiwanya yang sehat. Meskipun Sudirman saat itu dalam kondisi fisik yang lemah dan pergerakannyapun harus ditandu dari satu tempat ke tempat lainnya, namun jiwa Pak Dirman berlari sangat cepat dan bisa menguasai serta membakar semangat prajurit-prajuritnya untuk bertempur. Dengan demikian terwujud sosok pemimpin yang meskipun fisiknya sakit, tetapi jiwanya sehat dan bersemangat menggelora. Dalam kondisi seperti itu tidak ada satupun yang menyangkal bahwa yang ada dalam pikiran Sudirman saat itu hanyalah semangat untuk memberi kepada negara, dan mengesampingkan sama sekali pikiran untuk mengambil ataupun memanfaatkan apapun yang berasal dari negara. Inilah makna dari “bela negara” yang diimplementasikan oleh Pak Dirman. Bela Negara Merupakan Hak dan Kewajiban. Setiap warga negara Indonesia mempunyai hak dan kewajiban untuk melaksanakan bela negara sebagaimana diamanatkan oleh UUD 45. Sebagai hak berarti setiap warganegara sebagai subyek yang bisa menuntut kepada negara untuk diberi peran bela negara, sedangkan arti kewajiban berarti negara menuntut setiap individu untuk berperan sebagai bela negara. Dengan demikian setiap warganegara Indonesia berada pada posisi menuntut ataupun dituntut untuk melakukan bela negara sesuai dengan profesi dan kompetensi masing-masing. Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 45 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya. Bela negara merupakan fitroh manusia sebagai bentuk keserasian hubungan antara manusia dengan bumi tempat mereka berpijak. Nilai Bela Negara Tidak Pernah Berubah. Bela negara mempunyai nilai yang selalu sama dan tidak pernah akan berubah dari zaman ke zaman, serta berbagai perubahan situasi dan kondisi yang terjadi. Nilai yang tidak pernah berubah dari bela negara adalah sikap dan perilaku dalam bentuk pengabdian yang nyata kepada bangsa dan negara, sedangkan yang berbeda adalah implementasinya. Jadi nilai yang sama dalam bela negara adalah memberikan sesuatu kepada negara, sedangkan yang dimaksud dengan implementasi bela negara adalah bagaimana cara bela negara itu harus diwujudkan. Apa yang dilakukan oleh Panglima Besar Sudirman dengan memimpin serta mengatur taktik dan strategi perang merupakan implementasi bela negara yang paling cocok dan sangat dibutuhkan oleh negara pada saat itu. Negara saat itu sedang dalam kondisi “survive”, dan harus diselamatkaan dengan cara mengangkat senjata untuk bertempur melawan musuh negara yaitu Belanda yang ingin mengulang penjajahannya di Indonesia. Saat ini zaman telah berubah, demikian juga musuh negara juga telah berubah baik jenis, sifat, dan eskalasinya. Musuh negara bukan lagi dalam bentuk penjajahan secara fisik seperti dulu, tetapi justru banyak didominasi oleh permasalahan internal bangsa, seperti kemiskinan, pengangguran, kebodohan, ketidakpedulian, sikap eksklusivisme kelompok, disintegrasi bangsa, dan sebagainya. Akar dari semua permasalahan tersebut banyak disebabkan oleh nilai bangsa yang terus mengalami erosi dan degradasi, yang salah satunya adalah semangat bela negara yang semakin luntur. Semangat bela negara yang rendah secara nyata ditunjukkan mulai dari tingkatan masyarakat biasa sampai dengan sebagian para pejabat di negeri ini. Oleh karena itu bentuk implementasi bela negara justru banyak pada pembenahan diri baik sebagai individu, keluarga, masyarakat, dan bangsa. Sikap dan perilaku sebagian dari masyarakat mulai dari rakyat biasa dalam bentuk tidak disiplin dan tidak jujur, sampai dengan beberapa penguasa yang tidak memikirkan kepentingan rakyat dan justru banyak menyalahgunakan kekuasaannya, merupakan musuh negara yang harus diperangi. Karena yang diperangi adalah diri sendiri, maka cara memeranginya harus dengan suatu kesadaran, yang salah satu caranya adalah penyadaran tentang membangun semangat bela negara. Bela Negara merupakaan interaksi antara manusia dengan negara. Tuhan telah mentakdirkan kita bangsa Indonesia untuk hidup di tanah air yang kaya raya ini, maka wajib hukumnya kita harus membalas kebaikan Negara dengan senantiasa menjaga agar tanah dan air Indonesia ini senantiasa terjaga potensinya untuk memberikan kehidupan penghuninya secara berkelanjutan baik untuk generasi saat ini sampai generasi-generasi yang akan datang. Eksplorasi kekayaan bumi yang bersifat terbarukan, maka wajib hukumnya bagi kita untuk menjaga terus kesetimbangannya. Hutan yang telah kita ambil kayunya serta laut dan sungai yang telah kita ambil ikannya, namun dengan mengimplementasikan bela negara yang baik, maka dengan penuh kesadaran kita akan melakukan reboisasi dan menjaga habitat kehidupan biota air dengan baik. Eksplorasi kekayaan bumi yang tidak terbarukan, maka dengan semangat bela negara kita akan menggantikannya dalam bentuk investasi bagi keberlanjutan kehidupan generasi yang akan datang.
Bagaimana Implementasi Bela Negara Saat Ini. Bela negara bukan hanya sekedar konsep, pandangan hidup, ataupun suatu gagasan/ide yang hanya cukup diendapkan di ranah kognitif. Sebaliknya bela negara harus diwujudkan dalam realita kehidupan, sikap, dan perilaku yang diwujudkan dalam ranah psikomotor dan afektif. Secara makro banyak kebijakan negara yang kurang mencerminkan nilai dan semangat bela negara. Ekonomi Indonesia yang sejak masa orde baru selalu dibanggakan karena mencapai angka pertumbuhan tinggi, tetapi kalau disimak bahwa ternyata pertumbuhan ekonomi tersebut banyak disumbang dari hasil eksplorasi kekayaan alam dan bukan dari produktivitas sumber daya manusia. Jika pertumbuhaan ekonomi sebagian besar hanya ditopang dari sumber daya alam yang tidak terbarukan, maka pertumbuhan ekonomi tersebut akan bersifat tidak langgeng (unsustainable). Apabila semangat bela negara ditrapkan pada masalah ini, maka eksplorasi kekayaan alam yang dilakukan hasilnya akan dikembalikan sebagai investasi negara antara lain dalam wujud peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dengan demikian sumber daya alam yang berkurang akan ditukar dengan produktifitas sumber daya manusia yang dipintarkan oleh hasil eksplorasi sumber daya alam. Kerusakan lingkungan akibat eksplorasi sumber daya alam yang berlebihan dan tidak seimbangnya tindakan restoratif yang dilakukan, menjadi salah satu bukti monumental tentang semakin langkanya sifat bela negara yang dimiliki oleh bangsa kita. Sebagian besar kita hanya bernafsu untuk mengambil sebanyak mungkin dari negara, tetapi sebaliknya enggan memberikan sesuatu kepada negara. Inilah perilaku yang berseberangan dengan makna bela negara. Barangkali Presiden AS Jonh F. Kennedey adalah seorang guru bela negara yang baik. Salah satu ajarannya yang banyak diingat sampai saat ini, yaitu : ”Jangan pikirkan apa yang telah diberikan oleh negara kepadamu, tetapi pikirkanlah apa yang kamu berikan kepada negara”.