Pulau Kalong
Menjelang Maghrib, kapal kecil rombongan alumni FK UGM masukan 65 dimana
saya terikut di dalamnya (meski bukan dokter juga), bersandar di laut
berjarak beberapa ratus meter dari Pulau Kalong. Pulau Kalong adalah
salah satu dari sekian banyak gugusan pulau di perairan wilayah Flores
yang membentuk formasi melingkar berlapis-lapis. Jika dipotret dr
ketinggian, gugusan pulau yg diterpa sinar matahari sore dan memantulkan
cahaya kuning keperakan itu, terlihat seperti tumpeng nasi kuning
keemasan yg disusun berjejer secara melingkar berlapis, dg beralaskan
laut biru yang tenang seperti hamparan permadani beludru. Kemudian apa
yang istimewa di Pulau Kalong? Ternyata bahwa binatang malam ini menghuni
hutan mangrove di pulau tersebut dengan jumlah puluhan ribu. Nah pada
hari gelap yang sedang ditunggu nanti, kalong akan terbang ke suatu
tempat untuk mencari makan. Memang terbukti, beberapa menit setelah
matahari tenggelam dan langit sudah beralih warna dari merah semburat
menuju gelap, maka mulai beterbanganlah binatang malam itu secara
berurutan sambung menyambung tiada henti seakan menutup langit. Jejak
terbang puluhan ribu kalong tersebut ibarat aliran air bah yg bersumber
dari titik pusaran yg selalu bergerak dari pepohonan mangrove satu ke
berikutnya. Mereka terbang dengan pola yang sama, terbang dengan
ketinggian dan kecepatan yang sama pula. Meskipun jumlah mereka
sangat banyak, tetapi mereka terbang dengan tertib dan teratur, tidak
saling berebut mendahului. Mereka terbang dengan arah dan tujuan yang
sama, yaitu pulau Flores yang mereka yakini sebagai sumber makanan
mereka. Meskipun dalam kondisi gelap, tetapi tidak pernah ada peristiwa
tubrukan antar mereka.
Kalong dikenal sebagai binatang malam yang
mempunyai ketajaman penglihatan justru pada kondisi gelap. Ketajaman
penglihatan kalong didukung oleh peralatan radar yang mereka punyai,
sehingga gelombang ultrasonik yang dia keluarkan jika mengenai benda di
sekitarnya akan dipantul balik. Dengan demikian kalong akan bisa
menentukan secara tepat posisi dia terhadap benda-benda di
sekelilingnya. Karena itulah kalong akan semakin tajam penglihatannya
saat gelap, dan justru sebaliknya akan tidak bisa melihat dan buta dalam
suasana terang, karena sinar matahari akan mengacaukan penglihatan
mereka.
Nah melihat penomena alam tersebut, saya jadi ingat dengan
kata Pak Ustadz bahwa kelelawar adalah makluq Tuhan yang
memang sengaja diciptakan Alloh seperti itu, agar menjadi pelajaran bagi
manusia. Betapa banyak manusia yang tidak bisa melihat dan buta, saat
mereka berada dalam keadaan terang benderang. Ketika mereka dalam
kondisi sehat, banyak rezeki, karier meningkat dll, justru saat itu
mereka tidak bisa melihat kelebihan yang ada pada dirinya untuk beribadah,
mendekatkan diri kepada Alloh dan mensyukuri semua nikmatNya.
Tetapi,
ketika mereka mengalami banyak masalah seperti sakit, rezekinya
tersendat, karier mentok, tertimpa musibah atau dengan kata lain dalam
"kondisi gelap", barulah mereka sadar untuk mendekat pada Alloh.
Kesadaran untuk mendekat kepada Alloh dalam kondisi susah itu bagus, tetapi
istiqomah untuk selalu dekat dengan beribadah dalam kondisi apapun itu
jauh lebih bagus. Kualitas ibadah dan syukur nikmat yang kita lakukan
saat senang pasti akan jauh lebih berkualitas jika dibanding dengan saat kita
susah. Maka saya ingat lagi kata Pak Ustadz yang lain: "Hampiri Tuhanmu
saat engkau lapang, maka Tuhanmu pasti menghampirimu saat engkau
sempit". Orang bertaubat saat usia tua itu bagus, tetapi orang yang
bertaubat saat usia masih muda itu tentu jauh lebih bagus lagi
..............!
blognya bagus sekali suka deh bacanya
BalasHapusperkembangan bayi 3 bulan
Buat yang pake XL, coba kalian lihat, Cara menghemat kuota XL
BalasHapus