PEMBEBASAN SANDERA PEMBAJAKAN DC -9 GA
206/ WOYLA
DI DON MUANG THAILAND
Telah lama bangsa ini miskin prestasi dan rindu pada
kebanggaan. Selama era reformasi kita hanya disibukkan dengan kegiatan
pembenahan kehidupan berbangsa, yang hasilnya kadang menciptakan
ketidakstabilan terhadap kemapanan berbangsa.
Pembenahan yang diharapkan bisa menciptakan keberaturan justru malah
sering menciptakan kondisi yang carut marut. Sebagai obat rasa rindu tersebut,
marilah kita mengingat prestasi bangsa yang ditorehkan 32 tahun yang lalu oleh
putra-putra terbaik bangsa.
Peristiwa Woyla. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 28 Maret 1981, ketika
pesawat Garuda DC9 dengan nomor penerbangan GA 206 dengan 48 penumpang tinggal
landas dari bandara Talangbetutu Palembang menuju Polonia Medan, dibajak oleh 5
orang bersenjata yang menamakan diri sebagai anggota "Komando Jihad".
Kapten pilot Herman Rante dipaksa untuk mengalihkan tujuan ke Kolombo Srilanka,
namun karena bahan bakar tidak mencukupi akhirnya dialihkan mendarat di Penang
Malaysia. Pesawat yang dijadwalkan tiba di Medan pukul 10.35 tersebut, baru
diketahui dibajak pada pukul 10.18 saat Kapten Pilot Fokker 28 Garuda yang baru
tinggal landas dari Pakan Baru menangkap komunikasi pilot GA 206 yang
mengatakan bahwa pesawatnya sedang dibajak (being hijacked). Berita tersebut langsung diteruskan ke
Jakarta dan diterima oleh Wakil Panglima ABRI Sudomo, yang selanjutnya Sudomo
meneruskan ke Kepala Pusat Intelijen Strategis Benny Murdani. Pada saat itu
Benny Murdani langsung menghubungi Asrama Kopasandha (sekarang Kopasus) yang
diterima oleh Asisten Operasi Kopasandha Letkol Sintong Panjaitan. Intinya
Benny Murdani memerintahkan Asop Kopasandha untuk mempersiapkan pasukan. Pada
saat itu data-data tentang pembajak belum diketahui sama sekali baik jumlah,
persenjataan, tujuan, ataupun tuntutannya.
Selesai mengisi bahan bakar, pesawat GA 206 menuju ke
Thailand dan mendarat di bandara Don Muang.
Berdasarkan komunikasi antara pembajak dan Kepala Bakin Jenderal Yoga
Sugomo, bahwa pembajak yang menamakan diri sebagai Komando Jihad menuntut
dibebaskannya tahanan Peristiwa Cicendo, komplotan Warman dan Komando Jihad.
Disamping itu para pembajak juga meminta diterbangkan ke suatu tempat di luar
Indonesia dan uang tebusan 1,5 juta dollar AS.
Jika tuntutan mereka tidak dipenuhi, mereka mengancam akan meledakkan
pesawat Woyla dengan semua penumpangnya.
Upaya Pembebasan
Sandera. Upaya
pembebasan sandera diawali dengan pembentukan pasukan Kopashanda berikut dengan
sebuah pesawat DC 9 Garuda yang akan digunakan sebagai sarana latihan. Dalam masa latihan tersebut terselib kejadian
yang di luar skenario. Misalnya Letjen Benny Murdani menghendaki pasukan
menggunakan amunisi baru, tapi ditolak oleh Sintong Panjaitan karena
menggunakan senjata termasuk amunisi baru harus familiarisasi lebih dahulu.
Amunisi baru tidak menjamin akan berfungsi baik kalau belum pernah digunakan sebelumnya. Dan itu kenyataan, karena setelah dicoba
ternyata banyak peluru yang tidak meletus, yang akhirnya pasukan tetap
menggunakan amunisi lama yang sudah diketahui karakteristiknya. Setelah 2 hari
berlatih, komandan pasukan yaitu Letkol Infantri Sintong Luhut Panjaitan merasa
yakin dapat melakukan tugas berat ini dengan baik. Kesempatan ini sekaligus
sebagai medan pembuktian bahwa latihan rutin anti teror yang selama ini
dilakukan akan berhasil dan berdaya guna.
Pada tanggal 29 Maret 1981 pukul 21.00, berangkatlah 35
anggota pasukan anti teror dari Jakarta menuju Don Muang Thailand dengan
menggunakan DC 10 Garuda. Setelah menempuh 3,5 jam penerbangan, pesawat
pengangkut pasukan ini mendarat di Don Muang pukul 00.30, yang kedatangannya
dibuat kamuflase sebagai pesawat Garuda yang baru terbang dari Eropa.
Sebenarnya pemerintah Thaliand tidak menyetujui pengiriman pasukan ini, karena
lebih memilih penyelesaian pembebasan sandera melalui negosiasi dari pada
secara militer. Namun akhirnya pemerintah Thailand mengijinkan rencana operasi
militer karena desakan pemerintah Indonesia. Ijin operasi militer dikeluarkan
oleh Perdana Menteri Thailand pada hari Minggu tanggal 30 Maret 1981 pukul
11.00, dan dengan dasar inilah LB Murdani memutuskan untuk melaksanakan operasi
militer pada pukul 03.00. Guna mengisi waktu penantian, pasukan anti teror
memanfaatkannya untuk latihan ulangan dengan menggunakan pesawat DC 9 Digul.
Pada kesempatan tersebut Sintong Panjaitan mengajak pilot Garuda untuk
menyaksikan. Ternyata ada koreksi latihan yang cukup
signifikan, yaitu saat membuka pintu darurat.
Jika pintu darurat dibuka, maka akan keluar karet peluncur pendaratan
darurat yang justru bisa melemparkan pasukan yang akan memasuki cabin pesawat.
Akhirnya pada saat pintu darurat nanti dibuka, harus ada anggota pasukan yang
menahan agar tangga darurat tidak keluar meluncur ke bawah, dan pada saat yang
bersamaan anggota lain harus segera masuk ke cabin.
Detik-detik
Menegangkan. Waktu menunjukkan pukul 02.00 dini hari, yang
berarti mendekati saat dimulainya operasi militer untuk pembebasan
sandera. Hasil dari operasi tersebut
sudah diketahui bersama. Operasi yang berlangsung hanya kurang dari 5 menit
tersebut, telah dapat melumpuhkan pembajak dengan menembak mati 4 pembajak dan
seorang berhasil ditangkap. Sedangkan seorang anggota pasukan Kopasus dan
Kapten Pilot tertembak dan meninggal di rumah sakit Don Muang beberapa hari
setelah pembebasan.
Kopasus Kebanggaan
Kita. Keberhasilan pembebasan sandera oleh Pasukan
Anti Teror Kopasus ini, tercata sebagai salah satu dari 5 pembebasan sandera
tersukses di dunia. Peristiwa ini
hendaknya mengingatkan kita bahwa kita punya dan sampai saat ini masih terbina
secara baik suatu kekuatan anti teror, meskipun dengan undang-undang TNI saat
ini tugas-tugas anti teror yang termasuk dalam keamanan negara diserahkan
kepada Polri yaitu Densus 88. Kasus penyerangan ke Lapas Cebongan yang
menewaskan 4 tahanan sebagai tersangka preman beberapa waktu yang lalu yang
ternyata dilakukan oleh oknum Kopasus, tidak pernah melunturkan pandangan
masyarakat terhadap nama besar Kopasus yang telah banyak berjasa dalam menjaga
integritas dan kewibawaan negara. Sebaliknya masyarakat justru sangat berharap
kepada Kopasus untuk lebih berperan dalam membantu menjaga keamanan negara,
disamping tugas pokoknya sebagai alat pertahanan negara. Bravo Kopasus !!!!!!!!!!
(Suyitmadi)