Tentu ada dua hal yang menarik untuk diulas dari judul
tulisan di atas, yaitu terbang balon dan mengapa harus di Cappadocia negerinya
Kemal Atarturk sana. Saya berprofesi sebagai tenaga pengajar di suatu perguruan
tinggi di Yogyakarta dan salah satu mata kuliah yang saya ampu adalah
Pengenalan Penerbangan. Sudah bisa
diduga bahwa pokok bahasan dalam mata kuliah tersebut salah satunya membahas
tentang sejarah penerbangan. Isinya
dimulai dari manusia bermimpi bisa terbang sampai dengan perkembangan wahana
terbang modern saat ini. Dalam sejarah
penerbangan, ternyata terbang dengan balon udara telah dilakukan orang sejak
lama. Pada tanggal 19 September 1783 balon udara diterbangkan pertama kali,
meskipun penumpangnya bukan manusia melainkan kambing, bebek, dan ayam. Balon bisa mengapung di udara selama 15
menit, sebelum jatuh ke bumi. Manusia pertama yang berhasil terbang dengan
balon udara adalah 2 orang Perancis bersaudara yaitu Joseph dan Etienne
Montgofier yang mampu bertahan selama 20 menit.
Penerbangan pertama dilakukan pada tanggal 21 Nopember 1783, dan
selanjutnya ditetapkan sebagai hari lahir balon udara.
Bagaimana bentuk balon udara?
Pada dasarnya balon udara terdiri dari 3 bagian penting,
yaitu kompor (burner), kantung balon (balloon envelope), dan keranjang (basket). Kompor digunakan sebagai pemanas udara, kantung
balon berfungsi sebagai wadah udara panas, dan keranjang sebagai wadah
penumpang dan ruang pilot. Bahan bakar
yang digunakan pada kompor adalah propane
dalam bentuk gas ataupun cair, yang
tersimpan dalam botol-botol besar yang ditempatkan di ruang pilot yang
posisinya di tengah-tengah keranjang. Besarnya api kompor sebagai pemanas udara
dalam balon bisa diatur oleh pilot dengan membuka dan menutup katub. Kantung udara terbuat dari nylon yang cukup
kuat, berbentuk kantung balon dan jika telah
dikembangkan akan berdiri tegak setinggi
42 m dan diameter sekitar 8 m. Bagian
bawah balon terbuka, sedangkan bagian atas balon tertutup dan dilengkapi
parasit yang bisa dibuka atau ditutup sehingga berfungsi sebagai katub udara.
Kantung udara bagian bawah yang berbentuk melingkar disebut scoop
atau skirt, terbuat dari nylon yang
dilapis bahan tahan api. Dengan demikian
kompor pemanas yang ditempatkan pada lubang kantung udara bagian bawah, tidak
akan membakar skirt atau scoop.
Keranjang berukuran 3m X 1,5 m
disekat dalam tiga ruangan. Bagian pinggir diperuntukkan bagi penumpang,
sedangkan di tengahnya yang ukurannya agak kecil sebagai ruang pilot dan
penempatan 4 botol propane. Kapasitas keranjang bisa memuat sekitar 20
penumpang.
Mengapa balon bisa terbang dan cara mengendalikannya?
Balon bisa mengapung di udara berdasarkan pada hukum fisika
yang sederhana, yaitu Hukum Buoyancy atau Hukum Archimides. Pada saat massa udara dalam kantung balon dipanaskan,
maka kerapatan udara menjadi renggang dan berat udara menjadi ringan. Jika balon diisi udara dingin, maka balon
akan lebih berat jika dibanding dengan jika isinya udara panas. Beda berat
inilah yang menghasilkan gaya apung (buoyancy force) yang mengangkat balon
beserta beban (penumpang) ke atas. Kemampuan balon untuk naik ke atas,
ditentukan oleh jumlah pemanasan udara dalam balon. Karena itu jika ingin menaikkan balon, maka api
kompor dinyalakan dan parasit pada posisi menutup sehingga udara panas tidak
ada yang ke luar dari balon. Demikian
juga sebaliknya pada saat balon ingin turun, maka parasit yang terletak di
puncak balon dibuka, sehingga sebagian massa udara panas ke luar dari kantung
yang berakibat balon akan turun karena menjadi lebih berat. Jadi gerakan balon
secara vertikal (naik atau turun) dikendalikan dengan cara menambah atau
mengurangi udara panas dalam balon. Kemudian
untuk kendali terbang arah horisontal, pada kantung balon dilengkapi rotation flap.
Itulah sekedar bentuk fisik dan bagaimana balon bisa terbang. Nah sekarang apa yang memotivasi saya dan
juga apa istimewanya terbang balon di Cappadocia? Sebelumnya sudah saya
sampaikan bahwa saya dosen pengajar yang salah satu mata kuliah yang saya ampu
adalah Pengenalan Penerbangan. Nah mengajar yang berbasis ilmu dan didukung
dengan pengalaman, akan memberikan pemahaman yang lebih baik bagi anak didik.
Kemudian apa istimewanya jauh-jauh sampai Cappadocia yang letaknya di
tengah-tengah Turki?
Cappadocia diambil dari kata “katpatukya” yang dalam bahasa
Persia berarti “Tanah Kuda Cantik”. Saya
tidak tahu apa hubungan antara “Kuda Cantik” dengan daerah ini. Cuma yang saya
lihat daerah ini kalau orang Jawa mengatakan
“bukan jamak lumrahe”. Artinya
bukan biasanya fitur daratan bumi seperti ini. Apalagi kalau landskap
Cappadocia dilihat dari suatu ketinggian, maka seakan kita berada di suatu tempat
di luar bumi. Malah ada yang mengatakan bahwa berada di Cappadocia, seakan kita
sedang menjelajah di daratan bulan (moonland)
dengan pemandangan yang spektakuler berupa bebatuhan dengan bentuk unik dan
warna yang khas pula. Orang menyebut bebatuan di Cappadocia sebagai Cerobong Asap Peri (Fairy Chimney). Saya juga tidak tahu mengapa ada istilah
“peri”. Tapi yang jelas bentuk batuan disini memang rata-rata menjulang tinggi
menyerupai cerobong asap.
Pilar bebatuan dengan bentuk "Fairy Chimney" |
Pembentukan bebatuan tersebut merupakan hasil aktivitas vulkanik dari gunung berapi Erciyes,
Melendiz dan Hasan yang menutup wilayah tersebut dengan sedimen vulkanik dan
abu. Konon sedimen tersebut mencapai ketebalan 100 m, dan kemudian setelah
mengalami proses alam yang berlangsung ribuan tahun lamanya, maka terbentuklah
lanskap Cappadocia seperti sekarang.
Proses alam tersebut berupa pemanasan/ pendinginan, pembekuan/peleburan,
kena hujan/angin, dan dengan adanya perbedaan tingkat ketahanan erosi angin antar
lapisan batuan, maka terbentuklah pilar-pilar batu yang unik dan menawan.
Bebatuhan di Cappadocia bukan batuan keras, sehingga dengan bersenjata uang
coin, seseorang bisa membuat lubang dengan mengerok batuan tersebut. Oleh karena itulah maka daerah pegunungan
Cappadocia ini digunakan sebagai tempat pemukiman dengan membuat bangunan-bangunan
bawah tanah dan berbagai fasilitas umum.
Bahkan di beberapa lokasi di Cappadocia antara lain Kaymakli dan Derinkuyu dibangun kota bawah tanah (underground city) yang konon digunakan sebagai tempat pelarian umat kristiani
pada abad ke 7. Berdekatan dengan lokasi tersebut yaitu Goreme terdapat
pemukiman serta gereja-gereja bawah tanah, yang sekarang dijadikan sebagai Open Air Museum. Nah kita tinggalkan keelokan alam Cappadocia dengan berbagai
atribute yang menambah semakin menawannya
Cappadocia sebagai tujuan wisata. Mari kita kembali pada petualangan
dengan terbang balon udara.
Goreme Open Air Museum |
Pada pukul 05.00 kami sudah dijemput dengan menggunakan
kendaraan sejenis microbus bergambar balon terbang dan bertuliskan “Kapadokya
Balloons”. Waktu siang hari di Turki pada musim dingin cukup pendek, karena
matahari terbit sekitar pukul 07.00 dan tenggelam sebelum pukul 17.00. Dengan demikian pukul 05.00 masih cukup gelap
dan belum masuk waktu sholat Subuh. Kami dibawa ke suatu ruangan besar yang
cukup representatif untuk sarapan pagi sambil menunggu persiapan terbang. Ternyata
setelah makan pagi selesai, penerbangan tidak segera dilakukan karena cuaca
belum memenuhi syarat untuk keselamatan penerbangan balon. Pada pagi itu langit
mendung dan gerimis kecil-kecil disertai angin cukup kencang (windy).
Setelah setengah jam penundaan, maka kami diajak ke lokasi penerbangan
yang memakan waktu sekitar 15 menit. Perjalanan
melalui jalan sempit dengan belokan-belokan tajam, dan kami berada di belakang
mobil yang menarik gerobak berisi balon yang akan kami tumpangi. Akhirnya
sampailah pada suatu wilayah yang datar dan luas, dan terlihat puluhan balon
yang dipersiapkan untuk terbang.
Berpose di
depan balon yang sedang ditiup |
Balon yang akan kami tumpangi dihamparkan dilapangan yang
luas dan selanjutnya ditiup menggunakan blower,
sehingga balon mengembang namun masih posisi rebah. Setelah itu udara dalam balon dipanaskan
dengan kompor, dan selanjutnya badan balon menggeliat secara perlahan ke
berdiri tegak. Akhirnya balon
benar-benar berdiri tegak dan kami diperintahkan
untuk masuk keranjang dengan cara memanjat dinding keranjang setinggi sekitar
1,5 m. Pada saat para penumpang memasuki
keranjang, posisi balon tidak stabil yang kadang miring dan mau rebah. Namun setelah semua penumpang masuk ke dalam keranjang,
posisi keranjang menjadi stabil.
Selanjutnya pilot memberikan briefing
khususnya saat balon akan mendarat nanti. Pada saat mendarat, para
penumpang agar berpegangan tali yang tersedia cukup banyak di keranjang dan
posisi badan membelakangi arah pendaratan. Begitu briefing usai, selanjutnya balon
mulai mengangkasa dengan tenangnya setelah pilot menutup parasit di atas
balon. Bisa dipahami dengan menutup
parasit di atap balon, berarti katub ditutup dan udara yang dipanaskan tidak
bocor ke luar dan sepenuhnya digunakan untuk mengangkat balon.
Salah satu sudut lanskap Cappadocia |
Pada saat kami
mencapai suatu ketinggian, maka mata kami betul-betul dimanjakan oleh
pemandangan alam yang menakjubkan.
Dibatas mata kami memandang, terlihat hamparan lembah dan ngarai serta
batuan-batuan yang sebagian besar membentuk pilar-pilar tinggi. Batuan-batuan
tersebut nampak dari ketinggian ada beberapa yang berlubang, yang ternyata
bahwa memang banyak pemukiman masa lalu yang dibangun dengan membuat
rongga-rongga dalam batuan tersebut. Selain
formasi batuan dan bentuk bebatuan yang unik dan sangat berbeda dengan bebatuan
di belahan dunia manapun, maka warna batuanpun juga berbeda.
Warna batuan di Cappadocia rata-rata putih semburat keperakan. Pilot balon udara yang membawa kami sesekali sengaja untuk terbang rendah, terutama untuk mengamati obyek-obyek secara lebih dekat, sehingga seakan keranjang akan menabrak puncak-puncak bebatuan. Balon yang diterbangkan cukup rendah, membuat kami bias lebih jelas melihat ada relief atau guratan-guratan hasil pahatan alam yang berlangsung secara halus perlahan dan berproses ratusan ribu tahun lamanya. Guratan yang teratur pada batuan tersebut seakan sebagai pembatas permukaan air, sehingga nampak jelas perbedaan antara bagian batuan yang berada di bawah permukaan dan di atas permukaan air. Melihat phenomena ini ada yang berspekulasi bahwa dahulu kala telah terjadi proses geologi yang mangangkat dasar sungai ke atas. Untuk bisa memandang obyek secara luas, balon juga dinaikkan sampai ketinggian 700 m, dan dari ketinggian tersebut diperlihatkan obyek-obyek yang menawan seperti lembah merpati (pigeon valley), love valley dan lain-lain. Disebut lembah merpati, karena daerah tersebut tempat bermukimnya ribuan burung merpati, dengan pilar-pilar batu berlubang sebagai rumah merpati.
Dari atas nampak
banyak burung merpati yang secara bergerombol terbang
dari satu bebatuan ke bebatuan yang lain.
Selanjutnya dapat diduga bahwa love
valley (lembah cinta), karena memang dari atas nampak formasi
bebatuan
berbentuk menyerupai alat kelamin laki-laki. Saya berpikir yang
menamakan
lembah ini didasarkan fakta atau lebih terdorong pikiran “ngeres”.
Yah …tapi memang nama itulah yang populer! Saking
asyiknya menikmati panorama di bawah, tidak terasa bahwa kami sudah
terbang hampir
1 jam. Saat itu balon masih berada
ketinggian 700 m, dan langit gelap kelabu serta mulai turun titik-titik
kecil
yang tadinya dikira sebagai salju. Terbang balon sangat berbeda dengan
terbang
dengan pesawat. Pesawat bias terbang karena reaksi sayap terhadap udara
yang
mengalir, sedangkan balon bias terbang karena sejumlah massa udara panas
dalam
kantung balon yang lebih ringan dari pada kalau kantung balon berisi
udara dingin.
Dengan demikian terbang dengan pesawat akan mudah tergoncang (bounching)
jika pesawat masuk cuaca
buruk, sedangkan terbang balon lebih stabil dan nyaman meski cuaca buruk
kecuali kecepatan angin. Tidak beberapa
lama pilot mengisyaratkan bahwa balon akan segera turun dan mengarahkan
ke
padang rumput yang luas. Ternyata bahwa
balon bisa mendarat persis di atas landasan truk. Sesuai
tradisi selesai penerbangan dilakukan
dengan acara minum sampanye dan pembagian sertifikat terbang bagi setiap
peserta penerbangan. Mengingat saya
tidak minum sampanye, maka minum soft
drink cukup nikmat meskipun pada suhu udara yang sangat dingin di
Cappadocia. Itulah pengalaman berpetualang terbang dengan balon panas di
Cappadocia. Mungkin saja suatu saat kita
bisa terbang balon di tempat lain tidak terkecuali di Indonesia, namun
terbang
balon di atas lanskap Cappadocia yang orang Jawa bilang sebagai “ora
jamak lumrahe” tentu merupakan
pengalaman tersendiri yang mengasyikkan ……….
Terbang balon dengan ketinggian 700m |
Warna batuan di Cappadocia rata-rata putih semburat keperakan. Pilot balon udara yang membawa kami sesekali sengaja untuk terbang rendah, terutama untuk mengamati obyek-obyek secara lebih dekat, sehingga seakan keranjang akan menabrak puncak-puncak bebatuan. Balon yang diterbangkan cukup rendah, membuat kami bias lebih jelas melihat ada relief atau guratan-guratan hasil pahatan alam yang berlangsung secara halus perlahan dan berproses ratusan ribu tahun lamanya. Guratan yang teratur pada batuan tersebut seakan sebagai pembatas permukaan air, sehingga nampak jelas perbedaan antara bagian batuan yang berada di bawah permukaan dan di atas permukaan air. Melihat phenomena ini ada yang berspekulasi bahwa dahulu kala telah terjadi proses geologi yang mangangkat dasar sungai ke atas. Untuk bisa memandang obyek secara luas, balon juga dinaikkan sampai ketinggian 700 m, dan dari ketinggian tersebut diperlihatkan obyek-obyek yang menawan seperti lembah merpati (pigeon valley), love valley dan lain-lain. Disebut lembah merpati, karena daerah tersebut tempat bermukimnya ribuan burung merpati, dengan pilar-pilar batu berlubang sebagai rumah merpati.
Love Valley |
Mari gabung bersama kami di Domino Halo
BalasHapus* Bonus Referal 20%
* Bonus T.O mingguan sebesar 0.5%
* Minimal deposit RP.20.000
* Jackpot tercepat
DOMINOHALO - Agen Poker Terpercaya | Texas Poker | Poker Online | DominoQQ Online | BandarQ Online | Agen Poker Terpercaya Se-Indonesia
wah keren sekali tempatnya jadi mau kesana deh
BalasHapusalergi susu sapi pada bayi
Coba cari tahu juga Sekolah Bisnis terbaik
BalasHapus