Gerakan salah satu
kaki ke depan secara bergantian disebut langkah atau melangkah. Akumulasi dari
melangkah disebut gerakan berjalan. Kalau akumulasi langkah menjadi gerakan
jalan kaki, manfaatnya bagi kesehatan sudah banyak dibahas di berbagai media. Dari sekian banyak manfaat dari jalan kaki antara lain bisa
menurunkan berat badan, membuat tidur
nyenyak, mengurangi hipertensi/serangan jantung/stroke, mengurangi stress,
meningkatkan stamina tubuh, meningkatkan gairah seksual, sebagai sarana meditasi
guna mencari solusi permasalahan hidup, dan bisa menambah pintar (can make you
smarter). Tidak ada batasan pasti yang direkomendasikan, namun ada yang
berpendapat bahwa olah raga jalan kaki yang berdampak pada pemeliharaan
kesemaptaan adalah sekitar 7000 langkah lebih.
Berbicara tentang “jalan kaki”
dan “langkah”, ini ada sebuah surve yang
menarik. Berdasarkan hasil surve
terhadap 46 negara baru-baru ini yang
dilakukan oleh Stanford University, bahwa manusia bumi ini berjalan kaki
rata-rata 4961 langkah. Adapun jumlah
langkah berkisar dari 3513 langkah sampai dengan 6880 langkah. Yang tertinggi (6880 langkah) adalah jalan
kaki rata-ratanya orang Hongkong/China. Terus masyarakat dari negara manakah
yang jumlah langkah rata-ratanya paling rendah (3513 langkah)? Suka atau tidak
suka yang terendah itu adalah kita. Kita masyarakat Indonesia! Dalam hal
berjalan kaki, kita dijuluki sebagai masyarakat yang paling malas (the laziest).
Hasil surve jumlah langkah perhari dari 46 negara |
Tetapi sebaiknya jangan
keburu ikut-ikutan memvonis diri sendiri sebagai orang-orang paling malas
berjalan kaki. Semua mesti ada sebab musababnya! Menurut saya salah satu
sebabnya adalah bahwa selama ini kita kurang pas dalam menerapkan kebijakan di
bidang transportasi. Nampaknya pendapat saya ini sekilas agak kurang nyambung
ya? Lha masalah rakyat yang malas jalan kaki kok disangkutkan dengan kebijakan transportasi.
Selama ini sistem transportasi kita kurang berorientasi pada penyediaan moda angkutan
umum atau transportasi massa. Transportasi
massa yang selama ini ada seperti bus dan kereta api, belum bisa melayani
secara cukup, cepat, nyaman, aman dan tepat waktu, baik untuk angkutan lokal
ataupun jarak jauh. Berbeda dengan Hongkong/China yang menduduki rangking
tertingi dalam jumlah langkah berjalan kaki.. Untuk angkutan lokal seperti kereta
api atau MRT, jadwal datang dan pergi hanya dengan interval kurang dari 5 menit. Bahkan
pada saat puncak kesibukan (jam berangkat atau pulang kerja), intervalnya lebih
pendek lagi. Untuk angkutan jarak jauh
tersedia kereta api cepat atau “bullet train” yang melaju 300 km/jam, dengan
interval datang dan pergi hanya sekitar
15 menit. Nah kondisi seperti itu menjadikan “mindset” orang sono terhadap moda
transportasi berbeda dengan kita. Mereka berpendapat “ngapain punya mobil”! Lha
wong transportasi umum tersedia dengan jumlah cukup, cepat, aman, nyaman dan
lebih murah. Memiliki mobil pribadi? Wah belinya mahal, merawatnya ribet, bensin mahal, parkir mahal,
nggak ada garasi karena nggak ada lahan, dan seabreg
kerepotan lainnya. Tapi semuanya ada konsekuensinya. Mereka harus berjalan kaki
dari tempat tinggal ke stasiun terdekat, yang jaraknya beberapa ratus meter, 1
km atau bahkan lebih. Dengan dasar
tersebut maka mereka harus berjalan lumayan jauh, sehingga angka rata-rata
mereka dalam jumlah “langkah” menduduki
urutan tertinggi. Kemudian pengaruh dari pilihan transportasi umum dibanding transportasi
pribadi, menjadikan jalan-jalan di sana tidak terlalu crowded. Angkutan massa memang
jauh lebih irit ruang dibanding angkutan pribadi. Misalnya MRT dengan 8 gerbong
berkapasitas total 400 penumpang (bisa
berlipat) dan interval waktu keberangkatan
5 menit. Maka dalam 1 jam bisa
mengangkut hampir 5000 orang, sehingga tidak berlebihan kalau pengguna MTR
(MRT) di Hongkong mencapai lebih dari 3 juta penumpang perhari. Daerah operasi
MRT berikut stasiunnya biasanya di bawah tanah (under ground), yang sangat
mengurangi hiruk pikuknya pergerakan manusia di permukan tanah (on
ground). Bayangkan kalau 5000 orang
tersebut harus diangkut dengan mobil pribadi berkapasitas 4 orang misalnya. Berapa
mobil dan juga ruang yang dibutuhkan oleh mobil-mobil tersebut! Wah … tentu banyak
sekali dan jalan menjadi jubel-riyel! Kondisi jalan yang tidak terlalu crowded
dengan kendaraan, maka akan menyisakan ruang
untuk memanjakan para pejalan kaki (pedestriants) dalam bentuk trotoir yang
nyaman dan aman. Makanya para pejalan kaki di sana sangat merasa nyaman dan ramah
pada para pejalan kaki (pedestriant friendly).
Mereka sudah terbiasa dengan angkutan massa yang penuh sesak (MRT) |
Lain halnya dengan
negeri kita yang menurut saya belum pas dalam tata kelola transportasi. Belum
tersedianya angkutan massa secara cukup, cepat, aman dan nyaman, maka
masyarakat menggantungkan pada angkutan pribadi. Ditambah lagi dengan kemudahan
dalam memperoleh kendaraan pribadi. Dengan
DP 500 ribu rupiah atau bahkan dengan “nyekolahin Skep”, sudah bisa membawa motor baru ke rumah.
Keinginan untuk memiliki mobil juga sama mudahnya dengan motor. Belum lagi
dengan adanya mobil murah, menjadikaan lalu lintas di kota-kota besar menjadi
penuh dan macet. Karena demikian
banyaknya kendaraan pribadi yang boros ruang, menjadikan fasilitas pejalan kaki
menjadi korban. Trotoir sudah beralih fungsi untuk parkir ataupun tempat jualan
pedagang kaki 5. Akhirnya berjalan kaki menjadi sangat tidak nyaman dan
beresiko. Untuk mengurangi
kekhawatiran “disrudug” kendaraan dari
belakang, maka saya biasanya berjalan kaki pada posisi melawan arus. Dengan begitu akan mudah menghindar jika ada
kendaraan yang nyelonong ke arah kita. Dengan alasan itu menjadikan kita sangat
tergantung dengan kendaraan pribadi.
Menyuruh anak untuk membeli garam ke warung dengan jarak 200 meter saja,
mereka malas jalan kaki dan lebih memilih
menggunakan motor.
Jalan kaki merupakan
olah raga yang murah dan pas bagi purnawirawan. Bukan saja latihan fisik yang
didapat, tetapi juga sebagai “refreshing
jiwa” dan pembebas rasa kejenuhan dan rutinitas. Untuk memenuhi target banyak
langkah saat berjalan kaki, kita bisa menghitungnya dengan menggunakan aplikasi
“runtastic pedometer” yang bisa diunduh dari HP.
Monggo dengan
berjalan kaki semoga kita lebih sehat dan nampak bugar, serta sekaligus
memperbaiki agar terhindar dari citra sebagai bangsa yang “termalas” dalam berjalan
kaki ……..
nice info sangat bagus sekali
BalasHapusmarkaindo selaras