Jumat, 30 Oktober 2015

WISATA "BACKPACKINGAN" 4 HARI KE CHIANG MAI DAN CHIANG RAI (Bagian 2)


Setelah check in hotel selesai kami segera mengawali kunjungan ke berbagai obyek sesuai dengan itinerary, meskipun di hari pertama ini  tidak bisa penuh karena baru  dimulai menjelang tengah hari. Obyek pertama yang kami kunjungi adalah Bhuping Palace, yang ditempuh melalui jalan menanjak karena letaknya di suatu bukit. Bucking Palace adalah tempat peristirahatan raja pada saat berkunjung ke Thailand Utara, sekaligus sebagai tempat menerima tamu negara. Istana ini dibangun pada tahun 1961 dan berada pada ketinggian 1500 m di atas permukaan air laut,  sehingga memberikan kesejukan udara bagi keluarga kerajaan ataupun para tamu negara yang sedang tinggal. Tempat ini cukup asri dengan taman-taman bunga yang sangat terpelihara. Untuk menikmati keindahan taman yang luas ini, para pengunjung biasanya hanya berjalan kaki.  Kalau ingin bisa meliput area taman lebih luas dengan cara yang nyaman, pengelola taman menyediakan battery car yang bisa digunakan para pemain golf dengan sewa 400 Bath perjam.


Dengan menggunakan golf car seperti ini bisa mengelilingi taman istana  dengan nyaman
Berfoto ria di depan istana Buphing Palace



Kemudian pada saat kembali dari Bhuping Palace kami mampir ke Wat Phratap Doi Suthep yang terletak di bawahnya. Untuk menuju lokasi kuil, pengunjung harus menaiki tangga kepala naga yang jumlahnya 302 tanjakan. Kami yang rata-rata sudah sepuh, tentu ini sangat riskan. Jangan-jangan pulang dari tempat ini penyakit OA di lutut saya jadi kambuh. Oleh karena itu kami menggunakan lift. Dari penampakan fisiknya,  lift ini merupakan hasil rekayasa Thailand sendiri dengan track miring menelusuri punggung bukit Doi Suthep.  Kuil ini dibangun pada abad 14 yang konon menurut legenda,  penentuan lokasi kuil ditentukan oleh seekor gajah putih. Relic atau bentuk yang diyakini sebagai kuil peninggalan kuno diikat di punggung gajah putih, dan selanjutnya gajah dilepas bebas masuk hutan. Ternyata dia menaiki ke gunung Suthep (Doi Suthep) yang saat itu namanya adalah  Doi Aoy Chang (Sugar Elephant Mountain).  Sampai pada suatu lokasi si Gajah Putih berhenti, kemudian melenguh tiga kali selanjutnya menjatuhkan diri dan mati di tempat itu. Lokasi rubuh dan matinya sang gajah dimaknai oleh raja sebagai tempat yang paling tepat untuk pembangunan kuil, yang selanjutnya dinamakan Wat Phratap Doi Suthep yang artinya kuil Phratap di Gunung Suthep. Yah ini sekedar legenda, yang biasanya menyertai keberadaan bangunan-bangunan bersejarah. Tidak terkecuali di Indonesia, bangunan Candi Prambanan kita mengenal tentang legenda Bandung Bondowoso.  Itu semua tidak harus dipercayai, tetapi lebih menambah nilai jual komoditi wisata yang bersangkutan.  Nah "Gajah Putih" yang dilegendakan itu diabadikan dalam bentuk patung yang menjadi bagian dari kuil ini. Pemandangan kuil biasa didominasi dengan warna kuning keemasan khususnya bangunan-bangunan stupa. Dari pelataran kuil ini, kita bisa memandang kota Chiang Mai dari ketinggian 1300 m. Kebetulan bulan Agustus ini masih masa musim hujan di Chiang Mai, sehingga kota Chiang Mai nampak sangat jelas. Pada puncak musim kemarau biasanya bulan April, diceritakan banyak  petani perkebunan yang membakar lahan sehingga udara Chiang Mai menjadi keruh yang mengganggu pemandangan. Wah ternyata masyarakat kita dan Thailand ada kesamaan dalam hobi, yaitu “membakar-bakar” dengan alasan pembukaan lahan dengan alasan biaya murah.  Cuma bedanya kalau negeri kita sampai berdampak sangat luas pada aspek ekonomi, sosial, kesehatan, pendidikan dan sebagainya.

Dari pada OA saya kambuh, lebih baik naik lift saja dari pada menaiki dragon stairs yang jumlahnya 302 tratagan



Halaman depan kuil



Bangunan stupa (chedi) berlapis emas
 
Situasi dalam kuil


Patung Gajah Putih yang dilegendakan


Dari plataran kuil bisa melihat pemandangan kota Chiang Mai, namun pada musim kering pemandangan terhalang oleh keruhnya udara karena pembakaran lahan 


Dari Wat Phratap Doi Suthep kami turun gunung dan  menuju Kampaeng dan Borsang tempat kerajinan tenun sutra dan payung. Tidak lama kami berada di tempat ini, karena banyaknya obyek yang harus dikunjungi pada hari pertama. Sebelum ke obyek berikutnya, kami makan siang di rumah makan halal. Namun pada kenyataannya RM ini hanya menyediakan menu halal, dan bukan RM yang halal.  Alasannya pada daftar menu yang berbeda tetap dijual makanan yang diragukan kehalalannya. Tapi apa boleh buat, dalam agama yang harampun bisa menjadi halal kalau kondisi terpaksa. Dari pada di antara kami ada yang maagnya kambuh, masuk angin atau gangguan kesehatan lainnya, ya akhirnya dengan “Bismillah” dan "astaghfirulloh" ini pilihan terakhir. Kita yakini saja bahwa proses masakan yang kami pesan terbebas dari jenis makanan yang diragukan.  Setelah perut terisi, perjalanan kami lanjutkan ke sebuah taman yang tidak jauh dari kota Chiang Mai.  

Refueling alias tambah bahan bakar supaya lebih berenergi lagi
 
Pada tahun tahun 2006 pemerintah kerajaan Thailand menyelenggarakan pameran taman bunga dalam rangka memperingati 60 tahun penobatan Raja Bhumibol Adulyadej, sekaligus merayakan ulang tahun Sang Raja yang ke 80.   Pameran tersebut dianggap sangat sukses karena berhasil menghadirkan pengunjung lebih dari 3 juta orang.  Taman seluas 200 hektar tersebut akhirnya dijadikan pusat studi agrikultur, obyek agro-wisata dan budaya tingkat internasional.  Pada tanggal 23 Januari 2010, Raja memberikan nama “The Royal Park Rajapruek”. Dari sekian keindahan berbagai macam bunga dan tatanan artistiknya, saya sangat tertarik dengan area  situs taman anggrek, khususnya anggrek yang ditanam dalam  rumah tertutup beratap plastik transparan (green house).  Pada saat kami datang pintu dalam kondisi tertutup, dan saya mencari barang kali ada penjaga taman yang bisa membantu kami untuk masuk dan melihatnya. Ternyata setelah kami tepat berada di depan pintu, maka pintu bergeser membuka secara otomatis persis seperti mall-mall di Yogya. Dengan terbukanya pintu maka kami merasakan tiupan udara dingin dari dalam green house yang sangat menyejukkan.


Berfoto ria di depan gate Royal Rajapruek

Berkeliling taman dengan mobil odong-odong


Situasi dalam green house yang ber AC serta blower yang membuat udara sangat sejuk dan nyaman


Pemandangan di dalam green house sangat membuat orang terkagum-kagum dengan bunga anggrek yang diselang-seling dengan bunga2 biasa yang berwarna-warni. Anehnya lagi mengapa di dalam green house  dilengkapi AC dan banyak blower angin? Kelihatannya blower-blower itu sengaja untuk mendistribusikan udara dingin dari AC ke berbagai arah dalam green house ini.  Kami berlama-lama di tempat itu karena selain menikmati pemandangan yang indah, sekaligus juga merasakan sejuknya udara yang sangat kontradiktif dengan udara Chiang Mai yang cukup panas. Oh ya, untuk mengelilingi taman yang sangat luas ini pengelola taman menyediakaan fasilitas mobil odong-odong dengan bayaran 90 Bath termasuk tiket masuk.  Tanpa disadari kami berada di taman tersebut sudah menjelang sore hari. Sebenarnya ada satu obyek lagi yang tidak bisa terkunjungi pada hari itu, yaitu Quen Sirikit Botanical Garden.  Namun karena tempatnya yang cukup jauh, maka lupakan saja Quen Sirikit Botanic Garden! 
Perjalanan hari pertama ini termasuk berat.  Semalam pukul 01.00 sudah bangun untuk keberangkatan ke KLIA2 mengejar flight pagi ke Chiang Mai.  Begitu tiba di Chiang Mai langsung ke hotel untuk check in dan setelah "drop luggage” langsung menuju beberapa obyek wisata.  Biasanya saat bepergian itu rasa lelah tidak dirasa. Malahan masing-masing sering berkomentar, “kalau cuma mau tidur, ya di Yogya saja! Ngapain harus pergi jauh-jauh ke Thailand! Akhirnya setelah makan, semua anggota rombongan pergi jalan-jalan ke Night Bazaar yang tidak jauh dari hotel untuk sekedar mencari souvenir katanya.  Yah …biar saja pada capek, agar malam ini tidur kami bisa pulas untuk memulihkan kebugaran guna melaksanakan perjalanan panjang  besok pagi yang juga cukup berat, yaitu menuju obyek wisata ke wilayah "Chiang Rai". Pingin lanjutan ceritanya? Sampai ketemu di tulisan Wisata "Backpackingan" 4 hari di Thailand Utara bagian 3.




2 komentar: