ANTARA HARAPAN DAN KEGALAUAN
Pada tanggal 10 Februari sampai dengan
13 Februari 2014 (berarti 4 hari dan 3 malam) saya akan backpackingan ke
Bangkok, Pattaya dan Provinsi Rayong.
Harapan saya semoga perjalanan singkat tersebut bisa berlangsung secara
aman, lancar, menyenangkan dan tidak ada halangan apapun. Itulah harapan, namun di ujung harapan
terbersit suatu kegalauan setelah mengikuti perkembangan situasi politik di
Thailand. Pemerintah yang syah didesak mundur oleh lawan politiknya, dengan
alasan sang Perdana Menteri dituduh sebagai boneka Taksin Sinawatra yaitu
sang perdana menteri yang terguling dalam suatu kudeta tahun 2006. Peningkatan suhu
politik di Thailand juga dipicu oleh Rencana Undang-undang Amnesti, yang
apabila disahkan maka Taksin Sinawatra yang berada di pelarian akan bisa
kembali ke Thailand tanpa adanya tuntutan hukum. Yah saya tidak tahu kebenarannya di mana, dan
saya berkeyakinan bahwa di dunia politik
itu bukan tempat yang pas untuk mencari kebenaran. Dengan kondisi tersebut saya rajin mengikuti
perkembangan situasi politik di Thailand, baik melalui internet, media cetak ataupun televisi. Saya merasa khawatir jika terjadi tindak
kekerasan terhadap salah satu pihak, akan memicu timbulnya kekerasan baru.
Pada awal Januari 2014, saya membaca berita akan adanya demo
besar-besaran yang dilaksanakan pada tanggal 13 Januari 2014 dengan tujuan
untuk melumpuhkan Bangkok (Bangkok shutdown).
Sasaran demonstrasi adalah menduduki pusat-pusat pemerintahan, memblokir jalan-jalan untuk menghambat para pegawai
pemerintahan yang akan menuju kantornya, bahkan mengancam akan memutus aliran
listrik dan air ke pusat-pusat pemerintahan.
Mengantisipasi kemungkinan terburuk akibat demonstrasi tersebut, salah
satu atraksi kolosal spektakuler yang sangat diminati oleh wisatawan yaitu Siam
Niramit menyatakan akan meniadakan
pertunjukkan pada tanggal tersebut. Alasannya karena pertimbangan keamanan dan
transportasi. Syukur alhamdulillah demo
besar-besaran yang di lancarkan oleh kelompok oposisi tersebut berlangsung
damai tanpa insiden yang berarti. Terakhir
saat blok ini saya tulis, perdana menteri mengeluarkan pernyataan bahwa Bangkok
dalam kondisi darurat sampai 60 hari ke depan. Dengan pemberlakukan keadaan
darurat, berarti pemerintah berhak melarang pertemuan publik yang dihadiri
lebih dari lima orang, menahan seorang tersangka lebih dari 30 hari tanpa
tuduhan dan menyensor pemberitaan media-media. Tujuan pemberlakuan kondisi darurat agar
pemerintah bisa mengendalikan situasi keamanan dengan lebih efektif. Tapi beberapa hari belakangan ini kondisi
Bangkok dan sekitarnya juga masih menjadi tanda tanya. Meski kondisi darurat mulai diberlakukan
sejak 21 Januari kemarin, namun teror tindak kekerasan berupa penembakan
terhadap orang-orang tertentu dari kedua belah pihak yang bertikai juga masih
sering terjadi. Selanjutnya kemauan
keras pemerintah untuk melaksanakaan Pemilu pada tanggal 2 Februari 2014 yang
ditentang pihak oposisi, juga terus memicu ketegangan baru. Kondisi ini telah
menurunkan jumlah wisatawan ke Thailand, yang ditandai antara lain SQ membatalkan beberapa jadwal penerbangan ke Bangkok karena menurunnya penumpang (ZonaAero Informasi Penerbangan dan Periwisata tanggal Kamis, 23 Januari 2014). Kemudian beberapa negara antara lain AS, Kanada, Brasil, Meksiko, Jerman, Austria, Spanyol, Yunani, Taiwan, Korsel, UEA, Kuwait, Hongkong
dan banyak lagi negara yang mengeluarkan travel warning kepada warganegaranya untuk sementara tidak
mengunjungi Thailand (ranahberita.com Kamis 16 Januari 2014). Yah ... tiket Jakarta
Don Muang, hotel, serta beberapa tiket pertunjukkan sudah dibooking, tetapi
kondisi di sana masih banyak misteri yang membuat kegalauan. Kami akan menjauhi tempat-tempat konsentrasi
massa, serta tidak memakai atribut yang menggambarkan identitas dari kelompok-kelompok
yang bertikai, yaitu baju atau kaos
warna merah dan kuning. Pada tanggal 28 Januari 2014 saya mendapat e-mail dari KBRI di Thailand, yang mengatakan bahwa kondisi Bangkok cukup terkendali. Demikian juga di Rayong dan Pattaya. Meskipun demikian belum bisa dikatakan kondusif, menyusul masih terjadinya beberapa tindak kekerasan seperti penembakan dan peledakan granat yang memakan korban jiwa. Berita terakhir ada penembakan yang menewaskan seorang pemimpin demo pada hari Minggu 26 Januari 2014. Kemudian pada sore hari tanggal 28 Januari 2014, kami mendapatkan e-mail dari Atase Pertahanan Udara (Atud) di Bangkok, tentang situasi politik terkini di Thailand khususnya Bangkok. Yang membikin hati menjadi kecut bahwa di suatu titik di dekat Hotel Muangphol Mansion tempat kami akan tinggal selama di Bangkok diduduki para demonstran. Saran dari Atud agar kami pindah dari Hotel Muangphol Mansion ke hotel-hotel lain yang jauh dari titik-titik berkumpulnya para demonstran. Dalam hal ini Atud menyarankan agar mencari hotel-hotel di dekat KBRI (Petchbury road) yang relatif lebih aman. Dengan kondisi keamanan Bangkok yang kurang kondusif, menyebabkan jumlah wisatawan ke negeri ini turun drastis, sehingga banyak hotel-hotel yang menawarkan harga promo. Kemudian e-mail dari salah satu staf Atud, menyampaikan beberapa informasi penting yang berhubungan dengan situasi terkini di kota Bangkok termasuk untuk mengikuti jejaring sosial "Komunitas Indonesia di Thailand". Ternyata dengan mengikuti jejaring sosial ini, kami bisa mengikuti dan meminta informasi perkembangan situasi terkini di Bangkok. Saya menghargai setingi-tingginya atas respon KBRI yang begitu cepat dan komprehensif melalui Atud dalam rangka melindungi keselamatan para WNI di negeri ini. Yah ...tujuan backpackers seperti kami-kami ini dengan mereka yang terlibat dalam pertikaian politik di negeri ini memang bak bumi sama langit. Mereka yang bertikai bertujuan untuk memperoleh kekuasaan dengan pembenaran logika politiknya masing-masing, sedangkan para backpackers bertujuan untuk mencari pengalaman baru dalam hidup, mengenal negeri dengan berbagai seluk budayanya (li ta arofu), dan sejenisnya. Pokoknya yang sejuk-sejuk, damai dan menyenangkan. Kunjungan yang akan datang ini merupakan yang
ke dua kalinya. Yang pertama dulu
merupakan kunjungan kedinasan (sebagai tamu Royal Thai Air Force) yang semuanya
dikendalikan secara protokoler, namun kunjungan kali ini adalah pribadi dengan
cara backpackingan. Dengan cara backpackingan akan memperkaya pengalaman,
karena mulai dari perencanaan dan pelaksanaan kami sendiri yang melakukan. Termasuk
kekisruhan politik di Thailand yang sedikit banyak berpengaruh pada keamanan
para backpackers, tentu akan lebih memperkaya pengalaman khususnya dalam
menyusun kiat untuk melakukan kegiatan dalam situasi konflik namun tetap aman
dan selamat. Semoga di tengah kegalauan
ini tetap terbuka harapan untuk mengunjungi Bangkok, Rayong dan Pattaya dengan
lancar, aman, selamat dan menyenangkan. Amin.......
maaf mau tanya,,gmn kondisinya disana??kebetulan sy juga mau kesana pertengahan april skr.
BalasHapusminta infonya ttg kondisi disana yaa..
Waktu saya kesana sangat aman Mbak, meskipun hotel saya berada di daerah pendudukan para demonstran. Untuk lebih jelasnya silahkan buka blog saya tentang "Mengintip Demo Di Negeri Tetangga" ......
BalasHapusselalu pengen ke thailand
BalasHapusharga casing sosis