WISATA “BACKPACKER”
Wisata “backpacker” adalah julukan bagi pelancong yang terbatas uangnya (budget limited), sehingga biasanya
menggunakan azas serba hemat. Disebut backpacker karena segala keperluannya dikemas
dalam ransel yang selalu digendong di punggungnya. Mau tahu isinya? Sebut saja mulai sarung untuk selimut, bumbu dapur, pakaian
ganti, alat mandi dan sebagainya.
Mengapa backpacker menjadi
salah satu cara berwisata yang populer sekarang ini? Ada banyak alasan antara
lain kemajuan IT telah membuat desiminasi informasi tempat-tempat wisata di
dunia demikian gampang diakses. Dengan
informasi tersebut, tempat-tempat tujuan wisata dapat dicapai dengan berbagai
alternatif, mulai dengan cara yang mahal sampai yang murah. Cara yang murah
inilah yang diburu oleh para backpackers. Apa saja yang murah? Dalam kegiatan wisata,
komponen-komponen biaya yang harus dikeluarkan antara lain transportasi dari
asal kita ke negara tujuan dan sebaliknya, akomodasi (hotel), makan,
transportasi lokal, dan tiket kunjungan tempat wisata. Bagi penggemar wisata backpacker biasanya menjauhkan diri dari
kegiatan shoping, karena itu sangat costly dan tidak cocok dengan dunia backpackingan. Paling-paling kalau belanja
ya hanya barang-barang souvenier, itupun yang murah harganya. Biaya hidup negara-negara tujuan wisata biasanya
jauh lebih mahal dari pada di negeri kita.
Karena itu kita harus cerdas dalam mengelola komponen-komponen biaya
wisata tersebut agar menjadi murah, efektif dan efisien. Kunci utama terletak pada kemampuan kita
dalam mengakses informasi khususnya melalui dunia maya.
Penerbangan Murah. Saat ini hampir semua maskapai penerbangan menggunakan sistem online. Bahkan kita bisa mencari biaya
penerbangan termurah dengan menggunakan website
utiket.com misalnya. Disitu kita cukup
memasukkan data tempat asal dan destinasi, kapan berangkat dan kembali, berapa
orang dan klik! Mesin pencari akan menunjukkan nama maskapai
penerbangan disertai urutan harga tiket penerbangan termurah sampai termahal,
dan kita tinggal memilihnya. Kita juga bisa langsung menuju website maskapai
penerbangan yang dikenal murah, misalnya AirAsia dengan website airasia.com. Memang pelayanan AirAsia belum meliput semua
negara, namun jangkauan untuk wilayah Asia dan Australia termasuk New Zealand
sudah cukup memadai. Sebagai contoh pada
tanggal 10 Maret 2013, saya cukup mengeluarkan dana Rp. 422.000,- untuk terbang
dari Solo ke Kualalumpur pada tanggal 11 Mei dan kembali tanggal 14 Mei 2013.
Mengapa harus Solo padahal saya berdomisili di Yogyakarta? Barang kali Solo
kalah subur dibanding Yogya, sehingga pada saat tertentu tiket promo yang
dijual di Yogya lebih mahal dengan beda
harga yang signifikan. Sebagai catatan
harga tiket tersebut tanpa checked
baggage, nomor kursi ditentukan secara acak, dan tanpa “suguhan” makanan. Kalau kita membawa checked
baggage, maka ada tambahan ongkos sesuai dengan berat bawaan kita. Nomor kursi diacak oleh komputer, sehingga
kita mungkin tidak duduk berdampingan dengan isteri atau kawan kita meskipun
terpisahnya tidak terlalu jauh. Kalau ternyata terpisah biasanya kita bisa bertukaran
dengan penumpang yang berdekatan, atau revisi nomor tempat duduk secara online dengan konsekuensi harus membayar.
Kalau ingin makan kita bisa beli langsung saat penerbangan atau pesan secara online bersamaan saat booking tiket yang
biasanya dapat potongan harga. Saya punya pengalaman saat penerbangan dari
Sidney ke Ngurah Rai. Pada saat itu kami
berniat memesan makanan, karena memang
harus makan mengingat lama penerbangan lebih dari 6 jam. Namun sebelum
pemesanan itu saya lakukan, ternyata boarding
pass kami diperiksa oleh pramugari untuk konfirmasi bahwa kami mendapatkan menu makanan yang telah kami pesan bersamaan saat
booking tiket. Pengalaman Ini bisa terjadi karena masa pembelian tiket promo
biasanya dilakukan beberapa bulan sebelum hari
pemberangkatan, jadi bisa lupa meski dalam lembaran tiket juga
dicantumkan. Nah itu sekedar tips untuk memperoleh penerbangan murah.
Akomodasi Murah. Tinggal di hotel apalagi yang berbintang,
bukan kebiasaan para pelaku wisata backpacker. Saat ini para pengusaha layanan bisnis wisata
menyediakan tempat tinggal murah bagi para turis backpacker yang disebut hostel. Ukuran kamar hostel biasanya lebih kecil, dan
kamar mandi di luar sebagai fasilitas bersama tamu hostel lainnya. Pengalaman
kami saat bermalam di hostel wilayah
Kowloon Hongkong, luasnya hanya 2 X 3 m dengan dua bed kecil dan kamar
mandi. Kamar yang sempit itu cukup
lengkap fasilitasnya antara lain TV, AC, WIFI, dan juga telepon. Karena sempitnya kamar, maka sholat di kamar tidak
bisa dilakukan dengan sempurna kecuali hanya dengan duduk. Ukuran kamar yang demikian sempit sehingga
ada yang memberi julukan sebagai “tempat
pembekuan mayat”. Artinya ruangnya sempit dan dingin, sehingga hanya cukup
untuk menempatkan satu badan dengan posisi tertentu dalam arti bergulingpun
tidak cukup. Kamar mandi di hostel tentu tidak dijumpai bath tub, kecuali shower saja. Semua peralatan kamar mandi serba berukuran kecil, termasuk closet duduk
dan wastafel di kamar mandi. Namun pada
saat kami backpackingan di Jepang dan
tepatnya di Osaka, kami dapat kamar hostel
dengan ukuran lumayan besar dengan biaya cukup murah untuk ukuran biaya
hidup di negeri Sakura tersebut. Toilet dan kamar mandi di luar kamar sebagai
fasilitas bersama, tetapi tidak perlu khawatir karena tidak pernah ngantri.
Bahkan baru pertama kali saya menjumpai jenis closet yang unik di Jepang. Saat itu di awal musim semi dan udara masih
cukup dingin yaitu sekitar 50C.
Saya membayangkan betapa
dinginnya duduk di closet tersebut. Tetapi begitu duduk, ternyata terasa hangat
karena dipasang pemanas. Kemudian di sisi kiri dan kanan closet, dilengkapi
dengan berbagai tombol dengan huruf kanji yang tidak saya mengerti, namun
disertai gambar berbagai mode semprotan yang diinginkan. Ada semprotan yang polanya
menyebar, ada semprotan pola satu titik, dan seterusnya. Untuk mencari hostel berikut tarif harga dan bagaimana
komentar para tamu yang pernah tinggal, cukup klik hostelworld.com. Sebenarnya
ada lagi satu cara memperoleh akomodasi super murah. Ingin mencoba? Saat ini para backpackers mempunyai komunitas yaitu “couchsurfing” yang bisa diartikan “sofa berselancar”. Komunitas ini sangat tinggi solidaritas dan
rasa sosialnya dengan memberikan papan secara gratis, bahkan jika bernasib
bagus kita bisa mengantar kita ke obyek-obyek wisata yang ingin kita kunjungi.
Namun kitapun juga harus siap memberikan pelayanan yang baik pada saat mereka
menjadi tamu kita. Para anggota yang mereka sebut “Couchsurfers” atau “pencari
tumpangan” akan menuliskan penilaian perihal kita. Di sisi lain kitapun sebagai a host (tuan rumah) juga menuliskan
penilaian kita pada couchsurfers yang
menumpang di rumah kita. Penilaian tersebut jelas akan terbaca oleh anggota Couchsurfing seluruh dunia. Couchsurfers
yang konditenya bagus akan banyak anggota Couchsurfing yang bersedia menjadi a host. Sebaliknya pemberi “couch” (tumpangan) yang konditenya
bagus, akan banyak diminati oleh para Couchsurfers
yang mencari tumpangan. Memang kalau Couchsurfers
dari anak-anak muda, biasanya akan cenderung dengan komunitas yang
sebaya. Dengan demikian kemungkinan
kecil, Couchsurfers anak muda yang mau tinggal dengan kita yang sudah tua. Dalam komunitas ini ada pembuktian suatu
falsafah, yaitu :”siapa yang memberi maka akan menerima”. Jika kita memberi banyak, maka paling tidak
juga sejumlah itulah yang kita terima.
Biaya Makan.
Makan di restaurant tentu akan perlu biaya besar disamping beresiko mengkonsum
makanan yang dilarang khususnya bagi yang muslim. Pada umumnya, hostel dilengkapi dapur dengan fasilitas alat masak yang lengkap
dan dapat digunakan secara bersama. Dengan
demikian biaya makan akan bisa ditekan dengan memasak sendiri. Saya pernah
punya pengalaman saat di Tokyo, tiba-tiba dapur di hostel lebih ramai dari biasanya.
Ternyata saat itu ada rombongan 10 mahasiswa Indonesia yang memasak
beramai-ramai. Memang situasi dapur
berikut dengan meja makan berukuran besar serta fasilitas internet yang berdekatan
dengan ruang dapur, bisa menciptakan suasana kekeluargaan antar tamu tidak
peduli dari negara manapun. Berbeda
kalau kita tinggal di hotel yang biasanya hanya hidup tersekat dalam kamar
tanpa leluasa untuk bersosialisasi dengan tamu yang lain. Disamping masak
sendiri, ada beberapa makanan yang dijual dengan murah. Saat di Jepang, beberapa mini market misalnya
7-eleven menjual nasi box dengan lauk ayam atau ikan (nasi bento) dengan harga
300 Yen atau sekitar tiga puluh 30 ribu rupiah.
Biasanya nasi box yang kita beli, oleh penjaga toko langsung dipanaskan
di microwave.
Transportasi Lokal. Wisata backpacker memang memerlukan persiapan yang
matang, termasuk bagaimana merencanakan transportasi lokal. Bagi negara-negara dengan jaringan
transportasi yang baik, tentu tidak menjadikan masalah. Namun jenis transportasi termurah selalu
menjadi pilihan para backpackers. Sebagai contoh saat kami backpackingan ke Jepang.
Transportasi lokal disana sangat bagus, namun biayanya sangat mahal.
Kereta api supercepat “shinkansen”
dari Osaka ke Tokyo harga tiketnya sekitar 1,5 juta rupiah. Ternyata
berlangganan jatuhnya jauh lebih murah.
Salah satu bentuk abunemen kereta api yang diperuntukkan bagi orang
asing yang berkunjung ke Jepang adalah Japan
Railways Pass (JR Pass). JR Pass ini hanya bisa dibeli di luar
Jepang dan berlaku untuk 1 minggu, 2 minggu, dan 3 minggu. Di Jakarta untuk JR Pass yang berlaku untuk 1 minggu, pada tahun 2012 dijual dengan harga 28300 Yen
atau 2,9 juta rupiah. Dengan JR Pass ini kita bisa leluasa
menggunakan transportasi kereta sejauh jenis kereta yang dioperasikan oleh JR line, termasuk shinkansen kecuali jenis “supernozomi”
atau “mizuho”. Maka pada saat backpackingan
di Jepang selama 1 minggu, kami manfaatkan JR
Pass ini untuk bepergian ke kota-kota besar di Jepang sepeti Osaka, Tokyo,
Hiroshima, Kyoto, Yokohama dan Nagoya.
Memilih Obyek Yang Dikunjungi. Obyek wisata yang dikunjungi perlu
dibuat dalam jadwal perjalanan (itinenary),
berikut akses menuju ke sana, jenis tranportasi yang digunakan, serta harga tiket
masuknya. Beberapa obyek wisata di
beberapa negara cukup mahal, namun ada beberapa yang murah bahkan ada beberapa yang
gratis. Demikian juga ada beberapa obyek
wisata yang harus dipesan secara online,
dan jika sudah disetujui maka kita dapat balasan berbagai informasi misalnya
akses menuju ke obyek wisata, jadwal waktu, dan ketentuan-ketentuan yang harus
dipatuhi oleh tamu. Pengalaman menarik
saat saya dan isteri berkunjung ke
Pabrik Mazda di Hiroshima. Saat kami
menunggu di suatu ruangan dengan anggota rombongan yang lain (orang Indonesia
hanya saya dan isteri), kami melihat beberapa orang berpakaian batik rapi. Saat saya tegur, ternyata dugaan saya benar
bahwa mereka adalah para wartawan Indonesia yang diundang oleh Mazda untuk launching mobil jenis baru. Mereka mengira
bahwa saya berasal dari agen otomotive dari Indonesia. Mereka setengah tidak percaya bahwa kami
berdua adalah pelancong backpackingan yang saat itu sebagai tamu Mazda. Kami beserta rombongan yang belum
saya kenal sebelumnya diangkut dalam satu bus yang disediakan oleh pabrik, dan
diajak berkeliling mulai dari pelabuhan untuk pengapalan produksinya dan juga tempat
perakitannya, dengan dipandu seorang gadis
cantik yang sangat fasih berbahasa Inggris. Di jepang beberapa obyek wisata
dipersyaratkan untuk mengajukan aplikasi lebih dahulu, misalnya ke istana baik
yang di Tokyo ataupun Kyoto, termasuk beberapa industri seperti Mazda ataupun
Toyota.
Disamping itu dengan uang yang
pas-pasan, maka jenis wisata yang relatif sama
sebaiknya dihindari. Misalnya di Jepang ada Disneyland dan Transtudio.
Jika kedua obyek tersebut pernah disaksikan di negeri sendiri atau di tempat
lain, maka sebaiknya kita cari obyek yang berbeda misalnya Disneysea.
Apakah Wisata Backpackers Cocok Bagi Orang Tua? Melancong dengan gaya menggendong ransel,
pada dasarnya cocok untuk orang yang suka berpetualang. Suka berpetualangan
tidak mesti harus didominasi usia muda. Saya sendiri sudah purnawirawan sejak tahun 2004, sampai saat ini masih merasa nyaman melakukan backpackingan. Beberapa negara sudah kami kunjungi yang hampir
semuanya dengan cara backpackingan, seperti
Malaysia, Singapore, Australia, Hongkong, Macau, Shenzhen, Jepang, Thailand, Chiang Mai/Chiang Rai, Laos, Turki dan Taiwan. Perencanaan yang dimulai dari membuka akses informasi wisata setiap negara,
mencari tiket penerbangan, tempat tinggal, dan transportasi yang murah, membuat
itinenary, mengurus dokumen
perjalanan, bisa menjadi wisata berselancar di dunia maya yang
mengasyikkan. Kegiatan ini bermanfaat
karena kita bisa terus menggunakan kemampuan kognitif dan psikomotor yang bisa
menghambat laju kepikunan. Dalam pelaksanaan berwisata backpacker, memang melibatkan olah fisik yang lumayan, mengingat
pergerakan dari hostel ke
transportasi publik (stasiun KA/terminal bus) ataupun dari transportasi publik
ke tempat wisata harus jalan kaki. Namun
pergerakan ini cukup terukur dan jika dilakukan dengan hati senang akan tidak
berasa. Nah, ingin mencoba ………?
aseek.. postingan yang mantap ini mas suyitmadi.. :D
BalasHapusapalagi Wisata sambil Belajar Membuat Rendang pasti lebih asik mas... :D
Terima kasih atas komentarnya. Dengan adanya rendang kering, maka wisata backpackers akan lebih PD khususnya dalam urusan makan di negeri orang .......
HapusWah terima kasih komentarnya! Wisata backpacker dengan rendang yang diawetkan tentu akan menambah percaya diri dalam urusan makan di negeri orang .......
BalasHapuswah seru sekali artikelnya Pak. Hanya saja saya kadang ragu untuk backpakeran ke negeri orang.. kecuali jk ada temannya hehe...
BalasHapusMonggo kapan2 kalau kerso nggabung saya....heX3....
HapusAgen Sbobet
BalasHapusAgen Bola
Agen Judi
Agen Sbobet
Agen Bola
Agen Judi
Monggo silahkan ....
BalasHapusmakasih kak uda share
BalasHapusperbedaan tepung tapioka dan maizena