Minggu, 10 Februari 2013

BINATANG MALAM DI PULAU KALONG

  Pulau Kalong

Menjelang Maghrib, kapal kecil rombongan alumni FK UGM masukan 65 dimana saya terikut di dalamnya (meski bukan dokter juga), bersandar di laut berjarak beberapa ratus  meter dari Pulau Kalong. Pulau Kalong adalah salah satu dari sekian banyak gugusan pulau di perairan wilayah Flores yang membentuk formasi melingkar berlapis-lapis. Jika dipotret dr ketinggian, gugusan pulau yg diterpa sinar matahari sore dan memantulkan cahaya kuning keperakan itu, terlihat seperti tumpeng nasi kuning keemasan yg disusun berjejer secara melingkar berlapis, dg beralaskan laut biru yang tenang seperti hamparan permadani beludru. Kemudian apa yang istimewa di Pulau Kalong? Ternyata bahwa binatang malam ini menghuni hutan mangrove di pulau tersebut dengan jumlah puluhan ribu. Nah pada hari gelap yang sedang ditunggu nanti, kalong akan terbang ke suatu tempat untuk mencari makan. Memang terbukti, beberapa menit setelah matahari tenggelam dan langit sudah beralih warna dari merah semburat menuju gelap, maka mulai beterbanganlah binatang malam itu secara berurutan sambung menyambung tiada henti seakan menutup langit. Jejak terbang puluhan ribu kalong tersebut ibarat aliran air bah yg bersumber dari titik pusaran yg selalu bergerak dari  pepohonan mangrove satu ke berikutnya. Mereka terbang dengan pola yang sama, terbang dengan ketinggian dan kecepatan yang sama pula. Meskipun jumlah mereka sangat banyak, tetapi  mereka terbang dengan tertib dan teratur, tidak saling berebut mendahului. Mereka terbang  dengan arah dan tujuan yang sama,  yaitu pulau Flores yang mereka yakini sebagai sumber makanan mereka. Meskipun dalam kondisi  gelap, tetapi tidak pernah ada peristiwa tubrukan antar mereka.
Kalong dikenal sebagai binatang malam yang mempunyai ketajaman penglihatan justru pada kondisi  gelap.  Ketajaman penglihatan kalong didukung oleh peralatan radar yang mereka punyai, sehingga gelombang ultrasonik yang dia keluarkan jika mengenai benda di sekitarnya akan dipantul balik. Dengan demikian kalong akan bisa menentukan secara tepat posisi dia terhadap benda-benda di sekelilingnya. Karena itulah kalong akan semakin tajam penglihatannya saat gelap, dan justru sebaliknya akan tidak bisa melihat dan buta dalam suasana terang, karena sinar matahari akan mengacaukan penglihatan mereka.
Nah melihat penomena alam tersebut, saya jadi ingat dengan kata Pak Ustadz bahwa kelelawar  adalah makluq Tuhan yang memang sengaja diciptakan Alloh seperti itu, agar menjadi pelajaran bagi manusia. Betapa banyak manusia yang tidak bisa melihat dan buta, saat mereka berada dalam keadaan terang benderang. Ketika mereka dalam kondisi sehat, banyak rezeki, karier meningkat dll, justru saat itu mereka tidak bisa melihat kelebihan yang ada pada dirinya untuk beribadah, mendekatkan diri kepada Alloh dan mensyukuri semua nikmatNya.
Tetapi, ketika mereka mengalami banyak masalah seperti sakit, rezekinya tersendat, karier mentok, tertimpa musibah atau dengan kata lain dalam "kondisi gelap", barulah mereka sadar untuk mendekat pada Alloh. Kesadaran untuk mendekat kepada Alloh dalam kondisi susah itu bagus, tetapi istiqomah untuk selalu dekat dengan beribadah dalam kondisi apapun itu jauh lebih bagus. Kualitas ibadah dan syukur nikmat yang kita lakukan saat senang pasti akan jauh lebih berkualitas jika dibanding dengan saat kita susah. Maka saya ingat lagi kata Pak Ustadz yang lain: "Hampiri Tuhanmu saat engkau lapang, maka Tuhanmu pasti menghampirimu saat engkau sempit". Orang bertaubat saat usia tua itu bagus, tetapi orang yang bertaubat saat usia masih muda itu tentu jauh lebih bagus lagi ..............!

Selasa, 05 Februari 2013

PESAN BERMAKNA DARI RUANG TOILET


PESAN BERMAKNA DARI RUANG TOILET
 “Ingat jangan tinggalkan jejak ……., setelah kita ada lagi yang menggunakannya”
Sesaat kalimat tersebut biasa-biasa saja, namun setelah direnungkan dalam-dalam terasa bukan hal yang biasa.  Pesan ini dijumpai di ruang toilet di Bandara Soetta, yang kalau dipahami secara sederhana merupakan himbauan atau permintaan agar kita peduli terhadap kebersihan setelah menggunakannya, sehingga pengguna berikutnya tidak terganggu dan dapat menggunakannya dengan nyaman.   Namun jika pesan yang ditulis dengan gambar karikatur serta dibingkai indah tersebut dipahami lebih universal, maka pesan tersebut menjadi sarat makna.  Siapapun dan apapun profesi kita, jika berorientasi kepada kepentingan orang atau pihak yang bersinggungan dengan pekerjaan kita, pasti kita akan berupaya melakukan pekerjaan atau kegiatan dengan kualitas yang lebih optimal. Marilah kita ambil sebuah contoh misalnya seseorang dengan profesi guru/dosen. Pertama diidentifikasi lebih dahulu siapa saja pengguna hasil kinerja kita sebagai tenaga pendidik.  Hasil kinerja berupa output/outcome dari hasil didik kita, bisa digunakan oleh dunia usaha/industri, direkruit menjadi pegawai pemerintah atau lembaga negara yang lain, digunakan oleh masyarakat, ataupun perguruan tinggi lain jika anak didik kita melanjutkan pendidikan ke jejang yang lebih tinggi. Disamping itu masyarakat secara luas sangat berkepentingan terhadap output/outcome seorang guru/dosen.  Dengan demikian kita bisa memetakan pihak-pihak yang berhubungan dengan kinerja kita sebagai guru/dosen, termasuk yang paling utama adalah para murid/mahasiswa itu sendiri.  Mereka semua sebagai pemangku kepentingan atau “stakeholders” yang harus dilayani dengan baik dan memuaskan. Oleh karena itulah di setiap lembaga pendidikan tidak terkecuali di perguruan tinggi, disusun suatu metode bagaimana cara memuaskan “stakeholders” yang kemudian dikenal dengan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI). Tujuan SPMI adalah memelihara dan meningkatkan mutu pendidikan tinggi secara berkelanjutan, yang dijalankan oleh suatu perguruan tinggi secara internal, untuk mewujudkan visi, serta untuk memenuhi kebutuhan stakeholders melalui penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi. Pencapaian tujuan penjaminan mutu dilakukan melalui SPMI, untuk kemudian memperoleh akreditasi melalui SPME oleh BAN-PT atau lembaga mandiri yang diakui Pemerintah.  Dalam Sistem Penjaminan Mutu ada suatu slogan yang sederhana, yaitu “tulis apa yang kamu kerjakan, dan kerjakan apa yang kamu tulis”.  Maknanya bahwa semua praktek baik (best practices) yang telah menjadi tradisi yang bagus pada suatu unit kerja harus didokumentasikan dalam bentuk Buku Peraturan/Petunjuk atau sejenisnya. Selanjutnya agar Buku Peraturan/Petunjuk tersebut mudah dioperasionalkan, maka harus  dijabarkan dalam bentuk Standard Operating Procedures (SOP).  Dalam SOP tersebut akan secara gamblang menjelaskan “siapa” dan “melakukan apa”.  Kalau dokumen yang berisi peraturan ataupun SOP tersebut sudah tersedia, maka dokumen-dokumen tersebut harus digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaannya (“kerjakan apa yang kamu tulis”).  Namun sebelum dilaksanakan  harus disosialisasikan dan dilatihkan pada setiap amggota unit kerja.  Jika prestasi kerja setiap SDM didasarkan pada capaian kinerja yang sudah ditetapkan dalam standar mutu setiap unit kerja, maka diyakini bahwa setiap individu organisasi akan berusaha melaksanakan tugas dengan baik dan tuntas (job accomplished). Dengan demikian operasional organisasi yang dilakukan dengan konsep SPMI, akan cenderung membentuk manusia-manusia yang berbudaya mutu dan berkebiasaan baik (“well human being”).  Jika semua sivitas akademik suatu perguruan tinggi terdiri dari  komunitas yang terbentuk dari individu-individu yang "well  human beeing" maka mereka akan "well performed" dalam menjalankan tugas masing-masing.  Akhirnya PT dimana mereka berada akan menjadi PT unggulan yang mampu berkompetisi dengan baik. Dengan demikian, peningkatan mutu perguruan tinggi secara berkelanjutan dapat diwujudkan secara komprehensif dengan menciptakan budaya mutu melalui SPM-PT. Peningkatan mutu perguruan tinggi atau secara umum peningkatan kualitas pendidikan Indonesia harus menjadi prioritas saat ini.  Salah satu alasan adalah karena tingkat daya saing bangsa Indonesia dibanding dengan negara-negara lain belum menggembirakan termasuk dengan Asean sekalipun. Setiap tahun badan dunia UNDP mengeluarkan laporan tingkat daya saing bangsa yang dinyatakan dalam Human Development Index (HDI). Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan produk dari pendidikan tidak terkecuali perguruan tinggi. Oleh karena itu lembaga pendidikan termasuk perguruan tinggi, harus berupaya keras meningkatkan kualitasnya dengan memperkuat sistem penjaminan mutu. Inti dari sistem penjaminan mutu terletak pada perilaku mendahulukan dan memuaskan pelanggannya atau stakeholers. Siapakah stakeholders? Mereka adalah yang akan menikmati secara langsung ataupun tidak langsung hasil kinerja kita.  Guna senantiasa menyadarkan pada kita, maka tataplah dalam-dalam pesan yang tercantum dalam bahasa karikatur tersebut.  Kita jangan tidak mengindahkan hanya gara-gara pesan itu berasal dari sebuah toilet, yang sering dikonotasikan sebagai tempat yang jorok dan bau. Selama ini kita mengenal kata bijak : "Undhur maa qoola walaa tandhur man qoola", yaitu "janganlah lihat siapa yang bicara, namun lihatkan apa yang dibicarakan".  Kata bijak tersebut, juga bisa dikembangkan sehingga bermakna :  “jangan lihat dari mana pesan itu berasal, tapi lihatlah makna dari pesan itu”…….