HEBOH
PESAWAT KEPRESIDENAN
Meski pengadaan pesawat terbang
kepresidenan RI sudah direncanakan sejak tahun 2010, namun penyerahan secara
resmi pesawat seri 737-800 Boeing Business Jet 2 (BBJ 2) pada tanggal 21
Januari 2012 ternyata mengundang banyak reaksi. Reaksi paling keras ditujukan
kepada para penyelenggara negara yang tidak peka terhadap situasi dan kondisi
masyarakat yang lebih membutuhkan pelayanan yang lebih baik di bidang
kesehatan, pendidikan, dan perumahan. Kebutuhan transportasi udara untuk perjalanan
presiden baik dalam atau luar negeri saat ini selalu menyewa pesawat Garuda. Namun
dengan pertimbangan beberapa aspek, maka pengadaan pesawat kepresidenan dianggap sebagai kebutuhan. Sebenarnya sampai sejauh
mana pentingnya Indonesia untuk memiliki pesawat kepresidenan, maka tinjauan
ini didasarkan pada beberapa aspek.
Aspek Geografis. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar
di dunia (lebih dari 17.000 pulau) dan wilayahnya cukup luas. Selanjutnya dengan keberagaman suku, agama, dan adat
istiadat, maka seorang kepala negara harus menjadi perekat bangsa.
Karena itulah seorang kepala negara siapapun orangnya, harus selalu dekat dan
dicintai rakyatnya. Guna memperoleh itu semua, maka dalam mengeluarkan
kebijakan seorang kepala negara harus selalu memihak kepentingan rakyat dan
juga tidak kalah pentingnya harus sering mengunjungi rakyatnya. Jangan
sampai terjadi kecenderungan seperti pada akhir-akhir ini, sebagian masyarakat kita misalnya yang tinggal di daerah perbatasan lebih mengenal
pemimpin negara tetangga dari pada pemimpin negeri sendiri. Agar memenuhi
kebutuhan tersebut, maka satu-satunya jenis transportasi yang menjamin
kecepatan, daya jangkau, serta fleksibilitas adalah pesawat terbang.
Aspek
Sejarah. Presiden Indonesia terdahulu yang mempunyai
masa jabatan lebih dari sekali masa jabatan dalam masa pemerintahannya, telah
melakukan pengadaan pesawat kepresidenan. Presiden pertama Bung Karno yang
berkuasa selama 21 tahun, pernah memiliki DC-3/Dakota, Ilyushin 14, dan tiga
buah pesawat jet transport Jetstar.
Pesawat DC-3/Dakota bernomor ekor RI 001 Seulawah merupakan hadiah dari
rakyat Aceh, Ilyushin 14 hadiah dari pemerintah Uni Sovyet, sedangkan 3 Jet
Star dibeli dari Lockhead AS. Pesawat
kepresidenan inilah yang digunakan untuk mendukung perjalanan sang presiden ke
segenap wilayah Nusantara. Dalam perjalanan
ke luar negeri, Presiden Soekarno tidak selalu menggunakan Garuda karena
belum mempunyai pesawat yang mampu untuk penerbangan jarak jauh.
Salah satu dari 3 C-140/Jet Star Pesawat Kepresidenan Era Bung Karno |
Ketika
berkunjung ke AS dan bertemu dengan presiden Kennedy, Bung Karno justru menyewa
pesawat Boeing 707 milik maskapai penerbangan AS yaitu Panam lengkap dengan
awak cabin dan pilotnya. Presiden
Sukarno juga mempunyai pesawat helikopter kepresidenan jenis Hiller 360A, yang
penerbangan perdananya dilakukan dengan
membawa presiden Soekarno dan Ibu Fatmawati keliling Jakarta secara bergantian,
karena kapasitas helikopter hanya 1 penumpang saja. Helikopter Hiller 360 A
diganti dengan dengan Bell 47 G dan Bell-47J-2E, serta Sikorsky S-58 yang
berkapasitas lebih besar. Bahkan pada tanggal 11 Maret 1966 yang merupakan proses
awal lengsernya sang presiden, Bung Karno terbang ke istana Bogor karena istana
Merdeka dikepung oleh pasukan yang tidak diketahui identitasnya.
Helikopter Kepresidenan Hiller 360 A |
Presiden
Soeharto sebagai pengganti Bung Karno, termasuk mengeluarkan kebijakan untuk
mengganti semua pesawat kepresidenan yang pernah dipakai Bung Karno. Pada awal
pemerintahan Soeharto menggunakan pesawat C-130/Hercules TNI AU untuk perjalanan
dalam negeri, sedangkan untuk lawatan ke luar negeri menyewa pesawat milik
Garuda. Pesawat yang digunakan antara lain DC 8, DC 10, dan MD 11. Bahkan pesawat MD-11 Garuda beregistrasi
PK-GIM, merupakan pesawat yang mengantarkan Soeharto ke Mesir yang sekaligus
merupakan perjalanan terakhir sebagai
seorang presiden pada bulan Mei 1998.
Selama masa pemerintahannya Presiden Soeharto pernah membeli beberapa
pesawat, yaitu Fokker 28, Bae 146 buatan British Aerospace, dan Avro RJ-185.
Salah satu pesawat kepresidenan era Suharto BAe 146 |
Soeharto
lengser dan digantikan oleh BJ Habibie yang saat itu menjabat sebagai wakil
presiden, dengan masa kepemimpinan yang hanya beberapa bulan. Pada masa pemerintahan presiden Abdul Rachman
Wahin (Gus Dur), Megawati, dan juga Susilo Bambang Yudhoyono, dalam melakukan
perjalanan baik ke dalam ataupun luar negeri selalu menggunakan Garuda. Pesawat yang digunakan antara lain Airbus
A-330 ataupun Boeing 737 series. Ada sedikit catatan yang berhubungan dengan
penggunaan pesawat untuk mendukung perjalanan pada saat masa pemerintahan Gus
Dur. Karena seringnya bepergian ke luar
negeri, maka dengan pertimbangan penghematan biaya perjalanan, Gus Dur pernah
menggunakan Boeing 707 milik TNI AU yang tentu sebelumnya harus mengalami
perbaikan dan perubahan konfigurasi. Ada
suatu kejadian yang agak tidak mengenakkan pada saat kunjungan Gus Dur ke
Australia dengan menggunakan Boeing 707 ini.
Pada saat itu pesawat terpaksa didaratkan secara darurat di Darwin setelah diketahui indikator tekanan
oli menyala, yang dicurigai terjadi kerusakan pada sistem pelumasan mesin. Akhirnya Gus Dur beserta rombongan menggunakan pesawat angkut Australian Air Force untuk melanjutkan perjalanan ke Sidney, dan pulangnya ke tanah air dijemput pesawat Garuda. Kejadian tersbut menuai kritikan dari para
anggota DPR lantaran biaya perjalanan menjadi membengkak dua kali.
Boeing 707 TNI AU yang membawa Gus Dur ke Aussie |
Berdasarkan
aspek sejarah sebenarnya Indonesia telah memiliki pesawat kepresidenan semenjak era presiden pertama, sehingga keinginan memiliki pesawat kepresidenan pada era presiden sekarang merupakan hal yang wajar.
Aspek Keamanan
Meskipun
standar pengamanan seorang presiden selalu disesuaikan dengan eskalasi ancaman
terhadap negara yang bersangkutan, namun standar minimal pengamanan selalu
diberikan bagi seorang kepala negara.
Pengamanan tersebut diberikan dalam berbagai hal tidak terkecuali alat
transportasi yang digunakan termasuk pesawat terbang. Pesawat terbang kepresidenan akan memberikan
jaminan keamanan yang lebih baik dari pada pesawat sewaan. Berbagai alasan karena pemeliharaan dan
pengoperasian pesawat bisa dilakukan oleh SDM dengan integritas, kompetensi,
dan security awareness yang tinggi. Dengan demikian peluang terjadinya ancaman
terhadap keamanan presiden melalui wahana transportasi udara berupa pesawat terbang kepresidenan akan menjadi lebih kecil dari pada jika menggunakan pesawat sewaan. Disamping
itu pesawat kepresidenan juga dilengkapi peralatan keamanan misalnya badan
pesawat yang dirancang anti peluru, pemasangan anti jamming guna melindungi sistem
komunikasi pesawat dari gangguan lawan, dan sebagainya. Dengan demikian seorang kepala negara yang
sarat dengan tugas-tugas kenegaraan harus juga diberikan jaminan keamanan yang
lebih baik dalam penerbangan. Keamanan dalam penerbangan bagi seorang kepala
negara akan lebih terjamin jika memiliki pesawat kepresidenan sendiri.
Penggunaan Pesawat Kepresidenan Lebih
Efisien dan Optimal
Berdasarkan
penjelasaan dari Sekretaris Kemensesneg Lambock
Nahattands bahwa biaya sewa pesawat terbang pada tahun 2005 s/d 2009
sebesar 90,4 juta dollar AS, dengan
kenaikan biaya sewa setiap tahun sebesar 10%. Adapun jika membeli pesawat BBJ2 dengan harga 91,2
juta dollar AS, biaya perawatan dan operasional selama 5 tahun sebesar 36,5
juta dollar AS. Kemudian jika diperhitungkan depresiasi pesawat selama 5 tahun
senilai 10,423 juta dollar AS dan nilai buku aset pesawat sebesar 80,785 juta
dollar AS, maka akan diperoleh penghematan 32,136 juta dollar AS. Gambaran di atas
merupakan penghematan pemakaian pesawat kepresidenan dengan pemilikan sendiri
dibanding dengan sewa selama 5 tahun. Penghematan pemakaian pesawat
kepresidenan dengan cara memiliki sendiri dibanding dengan cara sewa pesawat
akan terus bertambah seiring dengan semakin lamanya usia pemakaian pesawat. Selanjutnya pemakaian pesawat juga akan lebih
optimal, karena tingkat kesiapan (readiness rate) yang lebih tinggi.
Berdasarkan
catatan di atas, maka sebaiknya pengadaan pesawat kepresidenan tidak perlu
diributkan lagi. Proses pengadaan ini
sudah dimulai sejak tahun 2010 dan sudah dibayar lunas dengan cara pembayaran
dicicil tiga kali. Secara prosedural
menurut aturan pengadaan barang yang dibiayai APBN sudah benar yang dimulai
antara lain penentuan spesifikasi teknik, persetujuan DPR, proses tender dan
sebagainya. Namun proses pengadaan baru
pada pembayaran harga “green aircraft” sebesar 58,6 juta dollar AS. Yang dimaksud
“green aircraft” adalah pesawat kosong belum termasuk interior kabin dan sistem
keamanan. Pengadaan interior kabin
dianggarkan sebesar 27 juta dollar, sistem keamanan sebesar 4,5 juta dollar,
dan biaya administrasi sekitar 1,1 juta dollar AS. Menurut Sekretaris Kemensetneg, pengadaan
interior kabin dan sistem keamanan saat ini dalam proses pelelangan yang
pemenangnya ditentukan pada akhir Februari ini.
Dengan adanya reaksi keras dari masyarakat terhadap pengadaan pesawat
terbang kepresidenan ini, diharapkan dapat menekan harga pengadaan interior
kabin dan sistem keamanan menjadi lebih rendah dari pada pagu yang dianggarkan.
Kemudian
ada beberapa pertanyaan mengapa pesawat kepresidenan tidak menggunakan produksi
dalam negeri. Kebutuhan pesawat terbang kepresidenan
tentu disesuaikan dengan luas wilayah geografi Indonesia, juga termasuk
pemetaan jarak negara-negara yang akan dikunjungi. Oleh karena itu dibutuhkan pesawat yang bisa
terbang cepat dan stamina terbang (flight endurance) yang tinggi, sehingga
jarak capai penerbangan menjadi lebih jauh.
Selain itu kapasitas penumpang juga harus disesuaikan dengan jumlah
rombongan presiden pada setiap kunjungan baik di dalam maupun ke luar negeri. Pesawat dengan spesifikasi teknik tersebut
belum dibuat di PTDI sampai saat ini.
Pesawat transport produksi PTDI yang sudah banyak digunakan baik sebagai
angkut militer maupun sipil di beberapa negara adalah CN 235. Pesawat CN 235 merupakan
pesawat transport ukuran sedang bermesin turboprop dengan kecepatan jelajah sekitar
450 km/jam, sedangkan kapasitas hanya 44 penumpang. Bandingkan dengan kecepatan
pesawat BBJ 2 yang terbang dengan kecepatan lebih dari dua kali CN 235, serta mempunyai
flight endurance sekitar 9 jam. Kapasitas penumpang CN 235 hanya 44 orang, sedangkan
kapasitas pesawat BBJ2 lebih dari 150 penumpang. Namun kapasitas pesawat BBJ 2 setelah
mengalami penyesuaian dengan kebutuhan konfigurasi pesawat kepresidenan, maka jumlah
tempat duduk bisa berkurang menjadi sekitar setengahnya. Pengurangan jumlah
tempat duduk tersebut antara lain karena ruangan diambil untuk penyediaan ruang
tidur, ruang rapat, dan sebagainya. Memang kadang kita lupa dengan menganggap
bahwa presiden adalah manusia super. Padahal seorang presiden kurang lebih juga
sama dengan kita dalam hal ketahanan fisik, apalagi usia seorang presiden biasanya sudah tergolong “senior”. Dalam penerbangan yang lama, ia butuh
istirahat, santai, dan ingin memanfaatkan setiap peluang untuk hal-hal yang
berhubungan dengan tugas kepresidennya, misalnya bisa melakukan rapat, jumpa pers, atau bisa memberikan perintah atau arahan kepada para pejabat di seluruh Indonesia. Oleh karena itu sangatlah wajar
jika pesawat kepresidenan dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk mendukung
keperluan tersebut.
Dalam
rangka menjangkau seluruh wilayah Indonesia, memang belum cukup kalau hanya
menggunakan BBJ2 sebagai pesawat kepresidenan, karena pesawat ini tentu tidak
bisa mendarat pada landasan pendek semacam lapangan terbang perintis. Oleh karena itu, idealnya selain pesawat BBJ2
masih harus didukung pesawat sejenis CN 235 yang mampu mendarat pada landasan
pendek, dan juga helikopter untuk mengunjungi daerah-daerah yang jauh dari
lapangan terbang.
Berdasarkan ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa sebaiknya pembelian pesawat kepresidenan ini tidak usah dihebohkan, karena semua telah dilakukan dengan pertimbangan berbagai aspek termasuk prosedur pengadaannya. Hal ini perlu agar atmosfer negeri ini tidak bertambah semakin keruh, yang pada akhirnya hanya akan menurunkan kinerja kita sebagai komponen bangsa.
Berdasarkan ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa sebaiknya pembelian pesawat kepresidenan ini tidak usah dihebohkan, karena semua telah dilakukan dengan pertimbangan berbagai aspek termasuk prosedur pengadaannya. Hal ini perlu agar atmosfer negeri ini tidak bertambah semakin keruh, yang pada akhirnya hanya akan menurunkan kinerja kita sebagai komponen bangsa.
keren sekali yah pesawat kepresidenan
BalasHapuscara mengatasi sembelit pada bayi
AGEN TERPERCAYA
BalasHapusMIX PARLAY
BERITA BOLA
KAMI PARTNER RESMI DARI BOLAPELANGI DAN POKER PELANGI!!
Promo Yang berlaku Di www.LigaPelangi.org :
HOT PROMO :
- Bonus Deposit 10% Setiap hari (max 200 Rb) Minimal TO 2x
- Bonus Cashback Mingguan Di Sportbook 5% - 15%
- Bonus Refrensi 2,5% Seumur Hidup Di Permainan Sportbook
- Bonus Rollingan Casino 0.8%
Diskon Togel :
Discount 4D : 66.00% , 3D : 59.5.00% , 2D : 29.5.00%
Kombinasi = 5%
Shio = 12%
Colok Angka (1A) = 5%
Colok Macau (2A) = 15%
Colok Naga (3A) = 15%
Colok Jitu = 8%
Silakan Bossku^^"""