THRUST AUGMENTATION ( PEMBESARAN THRUST)
Pembesaran thrust
pada turbojet engine sangat diperlukan dalam kondisi tertentu, antara lain pada
saat tinggal landas pada cuaca panas
atau untuk kepentingan manoeuvre bagi pesawat tempur. Besarnya thrust pada jet engine ditentukan oleh jumlah
laju massa udara yang dihisap kompresor (m), kecepatan aliran gas hasil
pembakaran yang disemburkan dari nosel (Cj), dan kecepatan udara
masuk melalui inlet nozzle (Ca), yang bisa dinyatakan :
F = m (Cj - Ca)
Turbojet engine
merupakan mesin konversi energi yang merubah energi panas menjadi thrust. Berdasarkan rumus thrust, besarnya Cj dipengaruhi oleh suhu maksimum yang
dihasilkan dalam siklus turbojet engine.
Semakin tinggi suhu maksimum berarti semakin besar harga Cj. Oleh karena
itu salah satu cara memperbesar thrust pada turbojet engine dengan cara
meningkatkan suhu maksimum pada siklus engine.
Cara lain dalam meningkatkan thrust sesuai rumus di atas adalah dengan
memperbesar laju aliran massa (m). Pesawat yang mampu menghasilkan thrust yang
besar akan memperpendek jarak take-off, laju terbang menanjak yang tinggi (high climb
rate), dan mampu manoeuvre dengan lincah khususnya untuk pesawat militer. Berdasarkan penjelasan di atas, maka ada 3
cara pembesaran thrust dalam turbojet engine, yaitu menggunakan afterburner, water
injection, dan bleedoff.
Afterburner
Pada dasarnya
tujuan afterburner adalah pembesaran thrust dengan cara meningkatkan kecepatan
semburan gas hasil pembakaran yang melalui nosel (Cj). Telah dijelaskan bahwa besarnya Cj dipengaruhi oleh tinggi suhu maksimum
dalam siklus turbojet engine, yaitu suhu setelah pembakaran atau suhu gas pada
saat masuk turbin. Namun peningkatan
suhu saat masuk turbin tidak boleh terlalu tinggi, dan dibatasi pada ketahanan
bahan pembuat turbin untuk menerima stress termal. Oleh karena itu peningkatan suhu maksimum
siklus pada afterburner dilakukan setelah turbin, dengan cara pembakaran ulang
(reheat). Pembakaran dalam combustion chamber pada turbojet engine
terjadi dengan campuran udara yang berlebihan (excess air), dengan rasio bahan
bakar terhadap udara sekitar 0.017. Dengan demikian masih tersedia cukup
oksigen untuk pembakaran berikutnya. Skema engine turbojet dengan afterburner
dapat dilihat pada gambar 1.
Pembakaran ulang dilakukan
dengan menyemprotkan bahan bakar melalui sederetan nosel yang dipasang pada
daerah tail pipe yaitu saluran antara turbin dan nosel. Karena gas hasil pembakaran kedua
(afterburner) tidak melewati komponen
apapun pada daerah turbin dan nosel, maka suhu gas buang yang dihasilkan dibuat
setinggi mungkin (sekitar 2000 0C). Energi
panas yang dihasilkan dalam afterburner selanjutnya dirubah menjadi energi
kinetik dalam bentuk kecepatan semburan gas hasil pembakaran yang tinggi melalui
nosel (Cj). Peningkatan Cj inilah yang akan memperbesar thrust. Konsekuensi
dari afterburner adalah konsumsi bahan bakar yang boros, atau dengan kata lain akan
meningkatkan secara signifikan specific fuel consumption (sfc). Specific fuel consumption adalah pemakaian
bahan bakar persatuan thrust. Jika
diasumsikan bahwa pada saat penggunaan afterburner (wet) diperoleh kondisi
“choking” yang artinya diperoleh kecepatan Mach =1 (sonic) pada suhu T5 untuk
proses pembakaran tanpa afterburner (dry) atau T7 untuk afterburner
(lihat gambar 2). Pada kondisi choking,
kecepatan semburan pada nosel (jet velocity) sebesar satu kecepatan suara (Mach
=1), yaitu :
Dimana = rasio panas jenis tekanan konstan terhadap panas
jenis suhu konstan udara, R = konstanta gas untuk udara, dan Tc = suhu kritis
(suhu pada nosel yang mengalami “choking” atau kecepatan Mach =1). Suhu kritis dapat diperoleh dari :
atau
atau
Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa Cj sebanding dengan
besarnya akar suhu stagnasi pada saat masuk nosel (), dan momentum
thrust akan meningkat dengan rasio . Dengan mengambil contoh pada gambar 2 berupa
diagram T-s (suhu versus entropi) dengan asumsi proses isentropis (entropi
konstan), pembesaran yang diperoleh sebesar = 1.44 kali.
Pada penerbangan kecepatan tinggi, pembesaran thrust bisa lebih besar
bahkan bisa mencapai 100%.
Pembesaran thrust dengan afterburner
pada engine turbofan bisa lebih besar dari pada turbojet, karena tersedianya
suhu gas/udara yang rendah serta kelebihan jumlah udara akibat percampuran
antara arus gas hasil pembakaran yang panas dengan udara yang dingin.
Peningkatan 20% thrust pada engine
turbojet bisa memperbesar pemakaian bahan bakar sebesar 100%. Oleh karena itu, biasanya penggunaan
afterburner hanya untuk waktu yang singkat, antara lain untuk tinggal landas,
terbang menanjak secara cepat, atau untuk manoeuvre bagi pesawat tempur. Peningkatan suhu gas hasil pembakaran pada
afterburner akan meningkatkan volume gas yang cukup besar, sehingga diperlukan
penyesuaian luasan nosel untuk memberikan
fasilitas bagi gas untuk berekspansi. Oleh
karena itu pada turbojet engine dengan afterburner dilengkapi dengan nosel yang
luasnya bisa berubah-ubah (variable geometric nozzle), untuk mewadahi ekspansi
gas yang sesuai dengan kondisi saat engine beroperasi tanpa ataupun dengan
afterburner.
Sebagai catatan bahwa selain
pembesaran momentum thrust, pemakaian afterburner juga menghasilkan peningkatan
pressure thrust. Pressure thrust adalah
thrust yg dihasilkan oleh beda tekanan antara tekanan gas buang pada bidang
nosel (Pj) dengan tekanan udara saat masuk inlet engine (Pa). Jika beda tekanan tersebut dikalikan dengan
luas penampang nosel (Aj), maka akan diperoleh pressure thrust. Dengan demikian thrust total yang dihasilkan
engine adalah :
F = m (Ca - Cj) + Aj (Pj - Pa)
Membesarnya luasan nosel (Aj) untuk
memberikan fasilitas ekspansi gas buang, dan meningkatkan Pj jelas akan
meningkatkan pressre thrust secara signifikan.
Kerugian pemakaian afterburner selain
peningkatan specific fuel consumption juga akan meningkatkan kebisingan engine.
Kebisingan engine ini disebabkan oleh peningkatan kecepatan semburan gas buang
dari nosel.
Water
Injection (Injeksi Air)
Cara pembesaran
thrust dengan water injection adalah cara yang paling mudah. Campuran air dan alkohol diinjeksikan ke dalam
ruang bakar melalui inlet kompresor atau diffuser dengan menggunakan sederetan
nosel penyemprot. Dengan disemprotkannya
air ke dalam komresor, maka akan menambah massa gas/udara yang masuk engine serta
menurunkan suhu dalam kompresor.
Penurunan suhu disebabkan oleh panas latent yang diserap untuk penguapan
air. Peningkatan massa gas/udara dan penurunan suhu inlet kompresor menyebabkan
lebih banyak bahan bakar yang dibakar sebelum tercapainya batas suhu maksiumum
pada inlet turbin. Semakin banyak fuel
yang dibakar, akan menghasilkan energi panas lebih banyak yang akan
meningkatkan besarnya thrust. Pembesaran thrust juga bisa dijelaskan bahwa
dengan penambahan massa uap air ke massa udara akan meningkatkan pressure ratio
kompresor, yang pada akhirnya akan meningkatkan thrust. Yang dimaksud pressure
ratio adalah perbandingan antara tekanan keluar kompresor terhadap tekanan
masuk kompresor. Pencampuran alkohol ke dalam air memberi beberapa keuntungan,
antara lain :
a. Mencegah pembekuan air, karena alkohol mempunyai titik beku rendah.
b. Alkohol sebagai bahan yang mudah terbakar, sehingga pada saat masuk ke ruang bakar akan ikut terbakar sehingga menambah energi panas meskipun energi yang dikandungnya relatif kecil.
Pembesaran thrust dengan water
injection ini biasanya dilakukan pada saat kebutuhan thrust yang besar untuk
keperluan tinggal landas pada panjang landasan pendek dan cuaca panas. Dengan cuaca yang panas menyebabkan kerapatan
(density) udara rendah yang berarti massa udara yang dihisap kompresor sedikit,
sehingga perlu penambahan thrust dengan water injection. Pembesaran thrust dengan cara injeksi air ke
inlet kompresor atau ke ruang diffuser, dapat meningkatkan thrust 10 % sampai
dengan 30%. Skema engine turbojet dengan
water injection diperlihatkan pada gambar 4.
Bleedoff
Pembesaran thrust
dengan siklus bleedoff dilakukan dengan cara menarik massa udara bertekanan
dari outlet kompresor kemudian disalurkan ke ruang bakar sekunder untuk dibakar. Pembakaran menghasilkan tekanan dan suhu
tinggi, yang selanjutnya diekspansikan melalui nosel sekunder dalam bentuk semburan gas berkecepatan tinggi.
Kemudian massa
udara yang diambil dari kompresor outlet untuk pembakaran sekunder, diganti
dengan air dengan cara diinjeksikan melalui inlet kompresor yang akan menguap
di ruang bakar primer (primary combustion chamber) dan keluar melalui turbin
dalam bentuk uap air. Dengan demikian
massa udara untuk engine utama (primary engine) diganti dengan uap air, dan
pada kesempatan yang sama massa udara dengan tekanan yang tinggi diambil dari
outlet kompresor masuk ke engine sekunder (secondary engine).
Peninjeksian air
melalui inlet kompresor dengan maksud mendapatkan penambahan jumlah massa dan pressure ratio kompresor yang lebih
tinggi. Secara skematis pembesaran dengan cara
bleedoff bisa dilihat pada gambar 5.
Engine J-58 Pratt-Whitney pada pesawat SR-71/Blackbird |
Pada gambar 6 diperlihatkan engine J-58 buatan Pratt and Whitney yang digunakan pada pesawat berawak dengan kecepatan tertinggi yang pernah ada di dunia, yaitu pesawat intai supersonik SR-71/Blackbird. Pada gambar terlihat pipa tabung yang digunakan untuk menyalurkan udara bertekanan dari kompresor tingkat 4 menuju ke ramjet yang ada di bagian belakang engine. Dengan engine ini pesawat mampu terbang dengan kecepatan maksimum Mach 3.2 pada ketinggian maksimum 80.000 kaki. Pesawat SR-71 dengan cat warna hitam legam tersebut telah lama di "grounded" oleh penggunanya yaitu Angkatan Udara Amerika Serikat, lantaran biaya operasional yang sangat tinggi yang salah satunya harus mengkonsumsi 80.000 gallon perjam. Wah banyak banget kalau dikonversi sekitar 320.000 liter ........
infonya keren banget makasih sudah berbagi
BalasHapushamil anggur