Husnul khotimah artinya “berakhir dg kondisi terbaik”. Kata “akhir” adalah ujung dari sebuah siklus.
Awal siklus dimulai dengan proses kelahiran dan berakhir dengan proses kematian.
Kematian yang datang pada saat dirinya dalam kondisi terbaik adalah sebuah kematian yang “husnul
khotimah”. Tersebut sebuah kisah seorang wanita pelacur yang menderita kehausan
amat sangat, kemudian dengan susah payah dari sisa tenaganya bisa mengambil air
dari sumur tua dengan sepatunya. Ternyata air itu malah diberikan kepada seekor
anjing yang dalam kondisi sekarat karena kehausan, dan selanjutnya sang pelacur
sendiri mati karena kehausan. Dosa yang dijalaninya bertahun-tahun sebagai
pelacur, pada akhir hayatnya terhapus oleh amalan kebaikan yang Allah sangat
ridhlo. Amal kebaikan tersebut yaitu memberi minum pada anjing yang sekarat
karena kehausan, dengan mengorbankan jiwanya sendiri. Ini adalah contoh kematian
yang “husnul khotimah”. Masih ingat kisah seorang penjahat besar yang telah
memenggal 100 kepala kemudian bertaubat? Setelah bertaubat dia diperintahkan untuk
meninggalkan tempat tinggalnya yaitu di “kampung keburukan” menuju kampungnya
orang-orang sholeh yaitu “kampung kebaikan”. Tetapi sayang dia mati dalam
perjalanannya. Ternyata posisi dia mati berjarak lebih dekat dengan “kampung
kebaikan” dari pada “kampung keburukan”. Lebih dekatnya posisi dia mati dengan
“kampung kebaikan” menandakan ada “niat kesungguhan” si penjahat untuk betul-betul
meninggalkan perilaku dosa. Meskipun dia belum sempat membuat amalan-amalan
kebaikan yang nyata, namun “niat kesungguhan” itu telah menghapus dosa-dosa
besarnya yang telah bertahun-tahun dia lakukan dan ada jaminan kelak dia masuk
surga. Inilah kematian yang “husnul khotimah”. Jadi proses akhir siklus
merupakan sesuatu yang sangat penting dalam perjalanan hidup.
Life Expectancy (angka
harapan hidup) orang Indonesia menurut World Population Review tahun 2019 adalah
71,6 tahun. Komunitas purnawirawan termasuk anggota PPAU yang rata-rata berada
di kisaran usia harapan hidup, berarti secara alamiah memang berada pada area
sekitar gerbang kematian. Maka bukanlah sesuatu yang aneh kalau group media
sosialnya PPAU sering mewartakan berita lelayu. Ini sangat wajar, logis dan
alamiah, jika kita merujuk pada Life Expectancy orang Indonesia. Kematian
adalah sebuah kepastian. Hanya waktunya kapan, tempatnya di mana dan dengan
cara apa kematian itu datang, semuanya hanya Tuhan Sang Pencipta yang
mengetahui. Meskipun seseorang tidak
bisa menebak secara akurat kapan seseorang akan mati, namun secara tersamar sebenarnya
selalu diingatkan. Usia kasepuhan dengan kondisi fisik dan psikis yang terus
menerus mengalami kemunduran (degradasi), adalah isyarat semakin dekatnya waktu
itu tiba. Maka diharapkan muncul sebuah kesadaran diri untuk selalu berbenah
secara lahir dan bathin, agar semuanya berakhir dengan kondisi yang terbaik
atau “husnul khotimah”. Nah ini semua perlu upaya dan do’a, agar seseorang
dikaruniai kematangan spiritual dalam menjalani fase akhir dari siklus hidup.
Seseorang yang berada di
usia sekitar 70-an tahun, jika diibaratkan dalam fase penerbangan maka ia berada
pada fase final approach untuk landing. Final approach adalah proses pesawat descend
(menurun) mendekati landasan pacu dalam posisi line up (lurus) dengan runway
center (garis tengah landasan pacu) dan
glide slope yang tepat untuk bisa menjejakkan roda pesawat di touch down zone
secara tepat. Pesawat pada fase penerbangan ini sudah dalam konfigurasi landing,
dengan flap yang diturunkan secara bertahap. Tujuan flap diturunkan untuk
menghasilkan gaya angkat yang cukup pada saat kecepatan rendah. Dengan full
flap maka pesawat bisa descend dengan kecepatan serendah mungkin tetapi tetap
aman (tidak stall). Ingat dahulu saat kuliah pada masa Karbol, bahwa fungsi flap
adalah menambah gaya angkat dengan cara memperbesar Clmax, menambah luas sayap
ataupun mengendalikan boundary layer (misal jenis fawler flap pada Boeing 747
series). Terbang descend dengan
kecepatan yang rendah, akan memudahkan justing pilot untuk menjejakkan roda
pesawat di touch down zone secara tepat. Pada saat roda pesawat menyentuh
landasan maka thrust reverser dan ground spoiler bekerja secara serentak untuk
proses pengereman. Thrust reverser membalikkan vektor thrust sehingga
menghasilkan efek pengereman yang signifikan, dan ground spoiler selain sebagai
airbrake juga menghasilkan negative lift. Dengan negative lift (dumping lift) yang
dihasilkan oleh ground spoiler mengakibatkan beban pesawat yang tadinya
ditanggung oleh wing dipindahkan ke roda. Kondisi seperti itu menjadikan
cengkeraman roda terhadap runway menjadi lebih tied, sehingga pengereman roda
pesawat menjadi sangat efektif untuk menghentikan pesawat dengan sempurna. Inilah fase terakhir dalam proses
penerbangan. Jadi kalau direnungkan
semua peralatan (devices) untuk landing apakah itu yang termasuk High Lift
Devices (flap, slot/slat dsbnya)
spoiler, thrust reverser dan wheel brakes, akan membantu pilot untuk
landing atau kembali ke tanah dengan smooth dan nyaman. Tidak ‘overshoot” dan
juga tidak “undershoot”. Ini adalah landing yang “husnul khotimah!” Jika
ditransformasikan dalam kehidupan, mengisyaratkan bahwa kita sudah waktunya untuk
lebih meningkatkan kualitas ibadah secara total. Ya ibadah mahdhoh (ibadah vertikal) yaitu ibadah insan dengan Tuhan, dan ibadah
ngghoiru mahdhoh (ibadah sosial) dalam wujud kualitas interaksi baik terhadap
manusia sesama ataupun dengan alam semesta. Dua kisah yang diceritakan di atas
menyimpulkan bahwa akhir proses mempunyai value yang luar biasa. Keduanya
digambarkan telah mendapatkan ampunan dan kehidupan akhirat yg bagus. Dosa
bertahun yang mereka perbuat terhapus oleh amalan kebaikan yang besar di akhir
proses. Demikian juga dalam fase penerbangan. Accidents dan fatalities di final
approach and landing, menduduki rangking tertinggi dibanding dengan fase
lainnya. Maka sebaiknya kita ekstra hati2 di fase akhir hidup. InsyaAllah…...
sangat bagus untuk dibaca
BalasHapuspengolahan daging
Terima kasih komentarnya
BalasHapusBagus ....
BalasHapus