Tausiah membicarakan tentang mati. Mati adalah keniscayaan atau kepastian. "Kullu nafsin zaa`iqatul-maụt" atau "setiap yang bernyawa akan merasakan mati". Tetapi ada 3 hal yang menyangkut urusan mati, adalah rahasia illahi. Tiga hal ini tidak dibocorin ke siapapun, even malaikat. Tiga urusan itu adalah kapan mati, di mana mati, dan dengan cara apa mati. Kapan mati! Mati tidak harus urut usia. Bisa jadi yg muda duluan, dan yang tua belakangan. Atau juga sebaliknya. Yang tua belakangan dan yang muda duluan (just a joke). Di mana mati! Kebanyakan kepingin mati dengan ditungguin sama keluarga yang dicintai. Terus cara mati. Ya kebanyakan milih dengan cara yang wajar. Misal memilih melalui sakit yang tidak lama-lama. Meskipun sakit itu sendiri sebenarnya sebagai cara Tuhan untuk mengurangi/menghapus dosanya. Merenungkan 3 hal yang dirahasiakan Tuhan tentang urusan mati ini, saya terus ingat kejadian mati yang dialami para penumpang pesawat milik Helios nomor penerbangan 522 pada tahun 2005 yang mengantarkan kematian bagi 121 penumpangnya. Sekaligus sebagai jawaban 3 hal urusan mati yang disingitkan oleh Tuhan. Yaitu kapan, di mana dan cara mati. Kapan? Dijawab th 2005 bulan Agustus. Di mana? Dalam pesawat penerbangan dari Ciprus ke Praha yang transit di Athena Yunani. Cara mati? Mereka kekurangan oksigen. Mengapa demikian? Sehari sebelum accident, mekanik yang memperbaiki sistem tekanan cabin tidak mengembalikan "pressurization mode selector" ke posisi "auto". Jadi tetap pada posisi "manual". Demikian juga waktu check sebelum terbang, mode selector tetap "manual". Mungkin lazimnya mode selector itu selalu pada posisi "auto". Jadi mereka tak terlalu memperhatikan kali. Artinya jika tetap pada posisi "manual", maka pilot harus mengatur tekanan cabin selama penerbangan. Tapi karena pilot tidak menyadari bahwa mode selector posisi "manual", maka dia tidak mengatur tekanan tersebut. Padahal tekanan cabin berhubungan langsung dengan kecukupan oksigen. Tekanan cabin cukup maka oksigen cukup, sebaliknya tekanan cabin kurang ya oksigen berkurang juga. Saat terbang menanjak (climbing) sampai ketinggian 18000 kaki, lampu peringatan ketinggian cabin (cabin altitude warning light nyala) menandakan bahwa tekanan dalam cabin cukup rendah. Ini logis karena saat pressurization mode selector pada posisi manual, katub yg menghubungkan cabin dan udara luar terbuka sebagian (partially opened). Jadi tekanan cabin akan sama dengan tekanan udara luar. Padahal pada ketinggian 18000 kaki (5500 m), tekanan udaranya tinggal setengah dari ketinggian muka laut. Demikian juga kandungan oksigen. Kondisi ini bertambah buruk karena pada kenyataannya pesawat terus climbing.
Penerbangan Hantu |
Saat pilot berkomunikasi dengan teknisi maskapai, dia minta pilot untuk meyakinkan bahwa mode selector pada posisi "auto". "Can you confirm that the pressurization panel is set to AUTO?" Tapi pilot tidak menanggapi. Saat itu mungkin pilot sudah mengalami hipoksia karena kekurangan oksigen. Gejalanya dimulai dari halusinasi, koordinasi limbung, tak sadarkan diri dan bisa meninggal. Maka pesawat terus terbang tanpa ada pilot yang menerbangkannya. Karena penerbangannya sudah diset “autopilot”. Pilot dan copilot tak sadarkan diri, cabin crews dan semua penumpang demikian juga. Sehingga penerbangan Helios 522 yang hampir 3 jam itu disebut "ghost flight" alias "penerbangan hantu". Dari tragedi ini disimpulkan bahwa urusan kapan, dimana dan dengan cara apa mati adalah rahasia illahi. No one knows ....