Rabu, 09 Agustus 2017

LANGKAH




 
Gerakan salah satu kaki ke depan secara bergantian disebut langkah atau melangkah. Akumulasi dari melangkah disebut gerakan berjalan. Kalau akumulasi langkah menjadi gerakan jalan kaki, manfaatnya bagi kesehatan sudah banyak dibahas di berbagai media.  Dari sekian banyak  manfaat dari jalan kaki antara lain bisa menurunkan berat badan,  membuat tidur nyenyak, mengurangi hipertensi/serangan jantung/stroke, mengurangi stress, meningkatkan stamina tubuh, meningkatkan gairah seksual, sebagai sarana meditasi guna mencari solusi permasalahan hidup, dan bisa menambah pintar (can make you smarter). Tidak ada batasan pasti yang direkomendasikan, namun ada yang berpendapat bahwa olah raga jalan kaki yang berdampak pada pemeliharaan kesemaptaan adalah sekitar 7000 langkah lebih.   Berbicara tentang “jalan kaki” dan “langkah”,  ini ada sebuah surve yang menarik.  Berdasarkan hasil surve terhadap 46 negara  baru-baru ini yang dilakukan oleh Stanford University,  bahwa manusia bumi ini berjalan kaki rata-rata  4961 langkah. Adapun jumlah langkah berkisar dari 3513 langkah sampai dengan 6880 langkah.  Yang tertinggi (6880 langkah) adalah jalan kaki rata-ratanya orang Hongkong/China. Terus masyarakat dari negara manakah yang jumlah langkah rata-ratanya paling rendah (3513 langkah)? Suka atau tidak suka yang terendah itu adalah kita. Kita masyarakat Indonesia! Dalam hal berjalan kaki, kita dijuluki sebagai masyarakat yang paling malas (the laziest).
Hasil surve jumlah langkah perhari dari 46 negara
  Tetapi sebaiknya jangan keburu ikut-ikutan memvonis diri sendiri sebagai orang-orang paling malas berjalan kaki. Semua mesti ada sebab musababnya! Menurut saya salah satu sebabnya adalah bahwa selama ini kita kurang pas dalam menerapkan kebijakan di bidang transportasi. Nampaknya pendapat saya ini sekilas agak kurang nyambung ya? Lha masalah rakyat yang malas jalan kaki kok disangkutkan dengan kebijakan transportasi. Selama ini sistem transportasi kita kurang berorientasi pada penyediaan moda angkutan umum  atau transportasi massa. Transportasi massa yang selama ini ada seperti bus dan kereta api, belum bisa melayani secara cukup, cepat, nyaman, aman dan tepat waktu, baik untuk angkutan lokal ataupun jarak jauh. Berbeda dengan Hongkong/China yang menduduki rangking tertingi dalam jumlah langkah berjalan kaki.. Untuk angkutan lokal seperti kereta api atau MRT, jadwal datang dan pergi  hanya dengan interval kurang dari 5 menit. Bahkan pada saat puncak kesibukan (jam berangkat atau pulang kerja), intervalnya lebih pendek lagi.  Untuk angkutan jarak jauh tersedia kereta api cepat atau “bullet train” yang melaju 300 km/jam, dengan interval datang dan pergi  hanya sekitar 15 menit. Nah kondisi seperti itu menjadikan “mindset” orang sono terhadap moda transportasi berbeda dengan kita. Mereka berpendapat “ngapain punya mobil”! Lha wong transportasi umum tersedia dengan jumlah cukup, cepat, aman, nyaman dan lebih murah. Memiliki mobil pribadi? Wah belinya mahal,  merawatnya ribet, bensin mahal, parkir mahal,  nggak ada  garasi karena nggak ada lahan, dan seabreg kerepotan lainnya. Tapi semuanya ada konsekuensinya. Mereka harus berjalan kaki dari tempat tinggal ke stasiun terdekat, yang jaraknya beberapa ratus meter, 1 km atau bahkan lebih.  Dengan dasar tersebut maka mereka harus berjalan lumayan jauh, sehingga angka rata-rata mereka dalam jumlah “langkah”  menduduki urutan tertinggi. Kemudian pengaruh dari pilihan  transportasi umum dibanding transportasi pribadi, menjadikan jalan-jalan di sana tidak terlalu crowded. Angkutan massa memang jauh lebih irit ruang dibanding angkutan pribadi. Misalnya MRT dengan 8 gerbong berkapasitas  total 400 penumpang (bisa berlipat)  dan interval waktu keberangkatan 5 menit.  Maka dalam 1 jam bisa mengangkut hampir 5000 orang, sehingga tidak berlebihan kalau pengguna MTR (MRT) di Hongkong mencapai lebih dari 3 juta penumpang perhari. Daerah operasi MRT berikut stasiunnya biasanya di bawah tanah (under ground), yang sangat mengurangi hiruk pikuknya pergerakan manusia di permukan tanah (on ground).  Bayangkan kalau 5000 orang tersebut harus diangkut dengan mobil pribadi berkapasitas 4 orang misalnya. Berapa mobil dan juga ruang yang dibutuhkan oleh mobil-mobil tersebut! Wah … tentu banyak sekali dan jalan menjadi jubel-riyel! Kondisi jalan yang tidak terlalu crowded dengan kendaraan,  maka akan menyisakan ruang untuk memanjakan para pejalan kaki (pedestriants) dalam bentuk trotoir yang nyaman dan aman. Makanya para pejalan kaki di sana sangat merasa nyaman dan ramah pada para pejalan kaki (pedestriant friendly).   
Mereka sudah terbiasa dengan angkutan massa yang penuh sesak (MRT)

Lain halnya dengan negeri kita yang menurut saya belum pas dalam tata kelola transportasi. Belum tersedianya angkutan massa secara cukup, cepat, aman dan nyaman, maka masyarakat menggantungkan pada angkutan pribadi. Ditambah lagi dengan kemudahan dalam memperoleh kendaraan pribadi.  Dengan DP 500 ribu rupiah atau bahkan dengan “nyekolahin Skep”,  sudah bisa membawa motor baru ke rumah. Keinginan untuk memiliki mobil juga sama mudahnya dengan motor. Belum lagi dengan adanya mobil murah, menjadikaan lalu lintas di kota-kota besar menjadi penuh dan macet.  Karena demikian banyaknya kendaraan pribadi yang boros ruang, menjadikan fasilitas pejalan kaki menjadi korban. Trotoir sudah beralih fungsi untuk parkir ataupun tempat jualan pedagang kaki 5. Akhirnya berjalan kaki menjadi sangat tidak nyaman dan beresiko.  Untuk mengurangi kekhawatiran  “disrudug” kendaraan dari belakang, maka saya biasanya berjalan kaki pada posisi melawan arus.  Dengan begitu akan mudah menghindar jika ada kendaraan yang nyelonong ke arah kita. Dengan alasan itu menjadikan kita sangat tergantung dengan kendaraan pribadi.  Menyuruh anak untuk membeli garam ke warung dengan jarak 200 meter saja, mereka malas jalan kaki dan lebih memilih  menggunakan motor.
Jalan kaki merupakan olah raga yang murah dan pas bagi purnawirawan. Bukan saja latihan fisik yang didapat,  tetapi juga sebagai “refreshing jiwa” dan pembebas rasa kejenuhan dan rutinitas. Untuk memenuhi target banyak langkah saat berjalan kaki, kita bisa menghitungnya dengan menggunakan aplikasi “runtastic pedometer” yang bisa diunduh dari HP.
Monggo dengan berjalan kaki semoga kita lebih sehat dan nampak bugar, serta sekaligus memperbaiki agar terhindar dari citra sebagai bangsa yang “termalas” dalam berjalan kaki ……..