Minggu, 26 Januari 2014

MENJELANG BACKPACKINGAN KE THAILAND

ANTARA HARAPAN DAN KEGALAUAN



Pada tanggal 10 Februari sampai dengan 13 Februari 2014 (berarti 4 hari dan 3 malam) saya akan backpackingan ke Bangkok, Pattaya dan Provinsi Rayong.  Harapan saya semoga perjalanan singkat tersebut bisa berlangsung secara aman, lancar, menyenangkan dan tidak ada halangan apapun.  Itulah harapan, namun di ujung harapan terbersit suatu kegalauan setelah mengikuti perkembangan situasi politik di Thailand.  Pemerintah yang syah didesak mundur oleh lawan politiknya, dengan alasan sang Perdana Menteri dituduh sebagai boneka Taksin Sinawatra yaitu sang perdana menteri yang terguling dalam suatu kudeta tahun 2006. Peningkatan suhu politik di Thailand juga dipicu oleh Rencana Undang-undang Amnesti, yang apabila disahkan maka Taksin Sinawatra yang berada di pelarian akan bisa kembali ke Thailand tanpa adanya tuntutan hukum.  Yah saya tidak tahu kebenarannya di mana, dan saya berkeyakinan bahwa di dunia  politik itu bukan tempat yang pas untuk mencari kebenaran.  Dengan kondisi tersebut saya rajin mengikuti perkembangan situasi politik di Thailand, baik melalui internet, media  cetak ataupun televisi.  Saya merasa khawatir jika terjadi tindak kekerasan terhadap salah satu  pihak, akan memicu timbulnya kekerasan baru.  Pada awal Januari 2014, saya membaca berita akan adanya demo besar-besaran yang dilaksanakan pada tanggal 13 Januari 2014 dengan tujuan untuk melumpuhkan Bangkok (Bangkok shutdown).  Sasaran demonstrasi adalah menduduki pusat-pusat pemerintahan, memblokir  jalan-jalan untuk menghambat para pegawai pemerintahan yang akan menuju kantornya, bahkan mengancam akan memutus aliran listrik dan air ke pusat-pusat pemerintahan.  Mengantisipasi kemungkinan terburuk akibat demonstrasi tersebut, salah satu atraksi kolosal spektakuler yang sangat diminati oleh wisatawan yaitu Siam Niramit  menyatakan akan meniadakan pertunjukkan pada tanggal tersebut. Alasannya karena pertimbangan keamanan dan transportasi.  Syukur alhamdulillah demo besar-besaran yang di lancarkan oleh kelompok oposisi tersebut berlangsung damai tanpa insiden yang berarti.  Terakhir saat blok ini saya tulis, perdana menteri mengeluarkan pernyataan bahwa Bangkok dalam kondisi darurat sampai 60 hari ke depan. Dengan pemberlakukan keadaan darurat, berarti pemerintah berhak melarang pertemuan publik yang dihadiri lebih dari lima orang, menahan seorang tersangka lebih dari 30 hari tanpa tuduhan dan menyensor pemberitaan media-media.  Tujuan pemberlakuan kondisi darurat agar pemerintah bisa mengendalikan situasi keamanan dengan lebih efektif.  Tapi beberapa hari belakangan ini kondisi Bangkok dan sekitarnya juga masih menjadi tanda tanya.  Meski kondisi darurat mulai diberlakukan sejak 21 Januari kemarin, namun teror tindak kekerasan berupa penembakan terhadap orang-orang tertentu dari kedua belah pihak yang bertikai juga masih sering terjadi.  Selanjutnya kemauan keras pemerintah untuk melaksanakaan Pemilu pada tanggal 2 Februari 2014 yang ditentang pihak oposisi, juga terus memicu ketegangan baru. Kondisi ini telah menurunkan jumlah wisatawan ke Thailand, yang ditandai antara lain SQ membatalkan beberapa jadwal penerbangan ke Bangkok karena menurunnya penumpang (ZonaAero Informasi Penerbangan dan Periwisata tanggal Kamis, 23 Januari 2014).  Kemudian beberapa negara antara lain AS, Kanada, Brasil, Meksiko, Jerman, Austria, Spanyol, Yunani, Taiwan, Korsel, UEA, Kuwait,  Hongkong dan banyak lagi negara yang mengeluarkan travel warning kepada warganegaranya untuk sementara tidak mengunjungi Thailand (ranahberita.com Kamis 16 Januari 2014).  Yah ... tiket Jakarta Don Muang, hotel, serta beberapa tiket pertunjukkan sudah dibooking, tetapi kondisi di sana masih banyak misteri yang membuat kegalauan.  Kami akan menjauhi tempat-tempat konsentrasi massa, serta tidak memakai atribut yang menggambarkan identitas dari kelompok-kelompok  yang bertikai, yaitu baju atau kaos warna merah dan kuning. Pada tanggal 28 Januari 2014 saya mendapat e-mail dari KBRI di Thailand, yang mengatakan bahwa kondisi Bangkok cukup terkendali. Demikian juga di Rayong dan Pattaya. Meskipun demikian belum bisa dikatakan kondusif, menyusul masih terjadinya beberapa tindak kekerasan seperti penembakan dan peledakan granat yang memakan korban jiwa. Berita terakhir ada penembakan yang menewaskan seorang pemimpin demo pada hari Minggu 26 Januari 2014. Kemudian pada sore hari tanggal 28 Januari 2014, kami mendapatkan e-mail dari Atase Pertahanan Udara (Atud) di Bangkok, tentang situasi politik terkini di Thailand khususnya Bangkok. Yang membikin hati menjadi kecut bahwa di suatu titik di dekat Hotel Muangphol Mansion tempat kami akan tinggal selama di Bangkok diduduki para demonstran. Saran dari Atud agar kami pindah dari Hotel Muangphol Mansion ke hotel-hotel lain yang jauh dari titik-titik berkumpulnya para demonstran.  Dalam hal ini Atud menyarankan agar mencari hotel-hotel di dekat KBRI (Petchbury road) yang relatif lebih aman. Dengan kondisi keamanan Bangkok yang kurang kondusif, menyebabkan jumlah wisatawan ke negeri ini turun drastis, sehingga banyak hotel-hotel yang menawarkan harga promo. Kemudian e-mail dari salah satu staf Atud, menyampaikan beberapa informasi penting yang berhubungan dengan situasi terkini di kota Bangkok termasuk untuk mengikuti jejaring sosial "Komunitas Indonesia di Thailand". Ternyata dengan mengikuti jejaring sosial ini, kami bisa mengikuti dan meminta informasi perkembangan situasi terkini di Bangkok. Saya menghargai setingi-tingginya atas respon KBRI yang begitu cepat dan komprehensif melalui Atud dalam rangka melindungi keselamatan para WNI di negeri ini. Yah ...tujuan backpackers seperti kami-kami ini dengan mereka yang terlibat dalam pertikaian politik di negeri ini memang bak bumi sama langit.  Mereka yang bertikai bertujuan untuk memperoleh kekuasaan dengan pembenaran logika politiknya masing-masing, sedangkan para backpackers bertujuan untuk mencari pengalaman baru dalam hidup, mengenal negeri dengan berbagai seluk budayanya (li ta arofu), dan sejenisnya. Pokoknya yang sejuk-sejuk, damai dan menyenangkan. Kunjungan yang akan datang ini merupakan yang ke dua kalinya. Yang pertama dulu merupakan kunjungan kedinasan (sebagai tamu Royal Thai Air Force) yang semuanya dikendalikan secara protokoler, namun kunjungan kali ini adalah pribadi dengan cara backpackingan. Dengan cara backpackingan akan memperkaya pengalaman, karena mulai dari perencanaan dan pelaksanaan kami sendiri yang melakukan. Termasuk kekisruhan politik di Thailand yang sedikit banyak berpengaruh pada keamanan para backpackers, tentu akan lebih memperkaya pengalaman khususnya dalam menyusun kiat untuk melakukan kegiatan dalam situasi konflik namun tetap aman dan selamat.  Semoga di tengah kegalauan ini tetap terbuka harapan untuk mengunjungi Bangkok, Rayong dan Pattaya dengan lancar, aman, selamat dan menyenangkan. Amin.......

Minggu, 05 Januari 2014

WISATA BACKPACKERS



WISATA “BACKPACKER”
Wisata “backpacker” adalah julukan bagi pelancong yang terbatas uangnya (budget limited), sehingga biasanya menggunakan azas serba hemat.  Disebut backpacker karena segala keperluannya dikemas dalam ransel yang selalu digendong di punggungnya.   Mau tahu isinya? Sebut saja mulai  sarung untuk selimut, bumbu dapur, pakaian ganti, alat mandi dan sebagainya.  Mengapa backpacker menjadi salah satu cara berwisata yang populer sekarang ini? Ada banyak alasan antara lain kemajuan IT telah membuat desiminasi informasi tempat-tempat wisata di dunia demikian gampang diakses.  Dengan informasi tersebut, tempat-tempat tujuan wisata dapat dicapai dengan berbagai alternatif, mulai dengan cara yang mahal sampai yang murah. Cara yang murah inilah yang diburu oleh para backpackers.  Apa saja yang murah? Dalam kegiatan wisata, komponen-komponen biaya yang harus dikeluarkan antara lain transportasi dari asal kita ke negara tujuan dan sebaliknya, akomodasi (hotel), makan, transportasi lokal, dan tiket kunjungan tempat wisata. Bagi penggemar wisata backpacker biasanya menjauhkan diri dari kegiatan shoping, karena itu sangat costly dan tidak cocok dengan dunia backpackingan. Paling-paling kalau belanja ya hanya barang-barang souvenier, itupun yang murah harganya.  Biaya hidup negara-negara tujuan wisata biasanya jauh lebih mahal dari pada di negeri kita.  Karena itu kita harus cerdas dalam mengelola komponen-komponen biaya wisata tersebut agar menjadi murah, efektif dan efisien.  Kunci utama terletak pada kemampuan kita dalam mengakses informasi khususnya melalui dunia maya. 
Penerbangan Murah. Saat ini hampir semua maskapai penerbangan menggunakan sistem online. Bahkan kita bisa mencari biaya penerbangan termurah dengan menggunakan website utiket.com misalnya.  Disitu kita cukup memasukkan data tempat asal dan destinasi, kapan berangkat dan kembali, berapa orang dan klik!  Mesin pencari akan menunjukkan nama maskapai penerbangan disertai urutan harga tiket penerbangan termurah sampai termahal, dan kita tinggal memilihnya. Kita juga bisa langsung menuju website maskapai penerbangan yang dikenal murah, misalnya AirAsia dengan website airasia.com.  Memang pelayanan AirAsia belum meliput semua negara, namun jangkauan untuk wilayah Asia dan Australia termasuk New Zealand sudah cukup memadai.  Sebagai contoh pada tanggal 10 Maret 2013, saya cukup mengeluarkan dana Rp. 422.000,- untuk terbang dari Solo ke Kualalumpur pada tanggal 11 Mei dan kembali tanggal 14 Mei 2013. Mengapa harus Solo padahal saya berdomisili di Yogyakarta? Barang kali Solo kalah subur dibanding Yogya, sehingga pada saat tertentu tiket promo yang dijual di Yogya lebih mahal dengan  beda harga yang signifikan.  Sebagai catatan harga tiket tersebut tanpa checked baggage, nomor kursi ditentukan secara acak, dan tanpa “suguhan” makanan. Kalau kita membawa checked baggage, maka ada tambahan ongkos sesuai dengan berat bawaan kita.  Nomor kursi diacak oleh komputer, sehingga kita mungkin tidak duduk berdampingan dengan isteri atau kawan kita meskipun terpisahnya tidak terlalu jauh.  Kalau ternyata terpisah biasanya kita bisa bertukaran dengan penumpang yang berdekatan, atau revisi nomor tempat duduk secara online dengan konsekuensi harus membayar. Kalau ingin makan kita bisa beli langsung saat penerbangan atau pesan secara online bersamaan saat booking tiket yang biasanya dapat potongan harga. Saya punya pengalaman saat penerbangan dari Sidney ke Ngurah Rai.  Pada saat itu kami berniat memesan  makanan, karena memang harus makan mengingat lama penerbangan lebih dari 6 jam. Namun sebelum pemesanan itu saya lakukan, ternyata boarding pass kami diperiksa oleh pramugari untuk konfirmasi bahwa kami mendapatkan menu  makanan yang telah kami pesan bersamaan saat booking tiket. Pengalaman Ini bisa terjadi karena masa pembelian tiket promo biasanya dilakukan beberapa bulan sebelum hari  pemberangkatan, jadi bisa lupa meski dalam lembaran tiket juga dicantumkan. Nah itu sekedar tips untuk memperoleh penerbangan murah.
Akomodasi Murah.  Tinggal di hotel apalagi yang berbintang, bukan kebiasaan para pelaku wisata backpacker.  Saat ini para pengusaha layanan bisnis wisata menyediakan tempat tinggal murah bagi para turis backpacker yang disebut hostel.  Ukuran kamar hostel biasanya lebih kecil, dan kamar mandi di luar sebagai fasilitas bersama tamu hostel lainnya.  Pengalaman kami saat bermalam di hostel wilayah Kowloon Hongkong, luasnya hanya 2 X 3 m dengan dua bed kecil dan kamar mandi.  Kamar yang sempit itu cukup lengkap fasilitasnya antara lain TV, AC, WIFI, dan juga telepon.  Karena sempitnya kamar, maka sholat di kamar tidak bisa dilakukan dengan sempurna kecuali hanya dengan duduk.  Ukuran kamar yang demikian sempit sehingga ada  yang memberi julukan sebagai “tempat pembekuan mayat”. Artinya ruangnya sempit dan dingin, sehingga hanya cukup untuk menempatkan satu badan dengan posisi tertentu dalam arti bergulingpun tidak cukup.  Kamar mandi di hostel tentu tidak dijumpai bath tub, kecuali shower saja. Semua peralatan kamar mandi  serba berukuran kecil, termasuk closet duduk dan wastafel di kamar mandi.  Namun pada saat kami backpackingan di Jepang dan tepatnya di Osaka, kami dapat kamar hostel dengan ukuran lumayan besar dengan biaya cukup murah untuk ukuran biaya hidup di negeri Sakura tersebut. Toilet dan kamar mandi di luar kamar sebagai fasilitas bersama, tetapi tidak perlu khawatir karena tidak pernah ngantri. Bahkan baru pertama kali saya menjumpai jenis closet yang unik di Jepang.  Saat itu di awal musim semi dan udara masih cukup dingin yaitu sekitar 50C.   Saya membayangkan betapa dinginnya duduk di closet tersebut.  Tetapi begitu duduk, ternyata terasa hangat karena dipasang pemanas. Kemudian di sisi kiri dan kanan closet, dilengkapi dengan berbagai tombol dengan huruf kanji yang tidak saya mengerti, namun disertai gambar berbagai mode semprotan yang diinginkan. Ada semprotan yang polanya menyebar, ada semprotan pola satu titik, dan seterusnya. Untuk mencari hostel berikut tarif harga dan bagaimana komentar para tamu yang pernah tinggal, cukup klik hostelworld.com.  Sebenarnya ada lagi satu cara memperoleh akomodasi super murah. Ingin mencoba?  Saat ini para backpackers mempunyai komunitas yaitu “couchsurfing” yang bisa diartikan “sofa berselancar”.  Komunitas ini sangat tinggi solidaritas dan rasa sosialnya dengan memberikan papan secara gratis, bahkan jika bernasib bagus kita bisa mengantar kita ke obyek-obyek wisata yang ingin kita kunjungi. Namun kitapun juga harus siap memberikan pelayanan yang baik pada saat mereka menjadi tamu kita. Para anggota yang mereka sebut “Couchsurfers” atau “pencari tumpangan” akan menuliskan penilaian perihal kita.  Di sisi lain kitapun sebagai a host (tuan rumah) juga menuliskan penilaian kita pada couchsurfers yang menumpang di rumah kita. Penilaian tersebut jelas akan terbaca oleh anggota Couchsurfing seluruh dunia.  Couchsurfers yang konditenya bagus akan banyak anggota Couchsurfing yang bersedia menjadi a host. Sebaliknya pemberi “couch” (tumpangan) yang konditenya bagus, akan banyak diminati oleh para Couchsurfers yang mencari tumpangan. Memang kalau Couchsurfers dari anak-anak muda, biasanya akan cenderung dengan komunitas yang sebaya.  Dengan demikian kemungkinan kecil, Couchsurfers anak muda yang mau tinggal dengan kita yang sudah tua.  Dalam komunitas ini ada pembuktian suatu falsafah, yaitu :”siapa yang memberi maka akan menerima”.  Jika kita memberi banyak, maka paling tidak juga sejumlah itulah yang kita terima.   
Biaya Makan. Makan di restaurant tentu akan perlu biaya besar disamping beresiko mengkonsum makanan yang dilarang khususnya bagi yang muslim.  Pada umumnya, hostel dilengkapi dapur dengan fasilitas alat masak yang lengkap dan dapat digunakan secara bersama.   Dengan demikian biaya makan akan bisa ditekan dengan memasak sendiri. Saya pernah punya pengalaman saat di Tokyo, tiba-tiba dapur di hostel lebih ramai dari biasanya.  Ternyata saat itu ada rombongan 10 mahasiswa Indonesia yang memasak beramai-ramai.  Memang situasi dapur berikut dengan meja makan berukuran besar serta fasilitas internet yang berdekatan dengan ruang dapur, bisa menciptakan suasana kekeluargaan antar tamu tidak peduli dari negara manapun.  Berbeda kalau kita tinggal di hotel yang biasanya hanya hidup tersekat dalam kamar tanpa leluasa untuk bersosialisasi dengan tamu yang lain. Disamping masak sendiri, ada beberapa makanan yang dijual dengan murah.  Saat di Jepang, beberapa mini market misalnya 7-eleven menjual nasi box dengan lauk ayam atau ikan (nasi bento) dengan harga 300 Yen atau sekitar tiga puluh 30 ribu rupiah.  Biasanya nasi box yang kita beli, oleh penjaga toko langsung dipanaskan di microwave. 
Transportasi Lokal.   Wisata backpacker memang memerlukan persiapan yang matang, termasuk bagaimana merencanakan transportasi lokal.  Bagi negara-negara dengan jaringan transportasi yang baik, tentu tidak menjadikan masalah.  Namun jenis transportasi termurah selalu menjadi pilihan para backpackers.  Sebagai contoh saat kami backpackingan ke Jepang.  Transportasi lokal disana sangat bagus, namun biayanya sangat mahal. Kereta api supercepat “shinkansen” dari Osaka ke Tokyo harga tiketnya sekitar 1,5 juta rupiah. Ternyata berlangganan jatuhnya jauh lebih murah.  Salah satu bentuk abunemen kereta api yang diperuntukkan bagi orang asing yang berkunjung ke Jepang adalah Japan Railways Pass (JR Pass).  JR Pass ini hanya bisa dibeli di luar Jepang dan berlaku untuk 1 minggu, 2 minggu, dan 3 minggu.  Di Jakarta untuk JR Pass yang berlaku untuk 1 minggu, pada tahun 2012 dijual dengan harga 28300 Yen atau 2,9 juta rupiah.  Dengan JR Pass ini kita bisa leluasa menggunakan transportasi kereta sejauh jenis kereta yang dioperasikan oleh JR line, termasuk shinkansen kecuali jenis “supernozomi” atau “mizuho”. Maka pada saat  backpackingan di Jepang selama 1 minggu, kami manfaatkan JR Pass ini untuk bepergian ke kota-kota besar di Jepang sepeti Osaka, Tokyo, Hiroshima, Kyoto, Yokohama dan Nagoya.    
Memilih Obyek Yang Dikunjungi.   Obyek wisata yang dikunjungi perlu dibuat dalam jadwal perjalanan (itinenary), berikut akses menuju ke sana, jenis tranportasi yang digunakan, serta harga tiket masuknya.  Beberapa obyek wisata di beberapa negara cukup mahal, namun ada beberapa yang murah bahkan ada beberapa yang gratis.  Demikian juga ada beberapa obyek wisata yang harus dipesan secara online, dan jika sudah disetujui maka kita dapat balasan berbagai informasi misalnya akses menuju ke obyek wisata, jadwal waktu, dan ketentuan-ketentuan yang harus dipatuhi oleh tamu.  Pengalaman menarik saat saya dan isteri  berkunjung ke Pabrik Mazda di Hiroshima.  Saat kami menunggu di suatu ruangan dengan anggota rombongan yang lain (orang Indonesia hanya saya dan isteri), kami melihat beberapa orang berpakaian batik rapi.  Saat saya tegur, ternyata dugaan saya benar bahwa mereka adalah para wartawan Indonesia yang diundang oleh Mazda untuk launching mobil jenis baru. Mereka mengira bahwa saya berasal dari agen otomotive dari Indonesia.  Mereka setengah tidak percaya bahwa kami berdua adalah pelancong backpackingan  yang saat itu sebagai  tamu Mazda. Kami beserta rombongan yang belum saya kenal sebelumnya diangkut dalam satu bus yang disediakan oleh pabrik, dan diajak berkeliling mulai dari pelabuhan untuk pengapalan produksinya dan juga tempat perakitannya,  dengan dipandu seorang gadis cantik yang sangat fasih berbahasa Inggris. Di jepang beberapa obyek wisata dipersyaratkan untuk mengajukan aplikasi lebih dahulu, misalnya ke istana baik yang di Tokyo ataupun Kyoto, termasuk beberapa industri seperti Mazda ataupun Toyota.
Disamping itu dengan uang yang pas-pasan, maka jenis wisata yang relatif sama  sebaiknya dihindari. Misalnya di Jepang ada Disneyland dan Transtudio. Jika kedua obyek tersebut pernah disaksikan di negeri sendiri atau di tempat lain, maka sebaiknya kita cari obyek yang berbeda misalnya Disneysea.    
Apakah Wisata Backpackers Cocok Bagi Orang Tua? Melancong dengan gaya menggendong ransel, pada dasarnya cocok untuk orang yang suka berpetualang. Suka berpetualangan tidak mesti harus didominasi usia muda. Saya sendiri sudah purnawirawan sejak tahun 2004, sampai saat ini masih merasa nyaman melakukan backpackingan. Beberapa negara sudah kami kunjungi yang hampir semuanya dengan cara backpackingan, seperti Malaysia, Singapore, Australia, Hongkong, Macau, Shenzhen, Jepang, Thailand, Chiang Mai/Chiang Rai, Laos, Turki dan Taiwan. Perencanaan yang dimulai dari membuka akses informasi wisata setiap negara, mencari tiket penerbangan, tempat tinggal, dan transportasi yang murah, membuat itinenary, mengurus dokumen perjalanan, bisa menjadi wisata berselancar di dunia maya yang mengasyikkan.  Kegiatan ini bermanfaat karena kita bisa terus menggunakan kemampuan kognitif dan psikomotor yang bisa menghambat laju kepikunan. Dalam pelaksanaan berwisata backpacker, memang melibatkan olah fisik yang lumayan, mengingat pergerakan dari hostel ke transportasi publik (stasiun KA/terminal bus) ataupun dari transportasi publik ke tempat wisata harus jalan kaki.  Namun pergerakan ini cukup terukur dan jika dilakukan dengan hati senang akan tidak berasa.  Nah, ingin mencoba ………?