Kamis, 18 Agustus 2011

MENAKAR HARGA PROKLAMASI KEMERDEKAAN


MENAKAR HARGA PROKLAMASI KEMERDEKAAN


     Penindasan kolonialisme Belanda selama 3,5 abad ditambah dengan kekejaman pendudukan tentara Jepang yang berlangsung hanya 3,5 tahun, telah menambah daftar panjang kesengsaraan dan pengorbanan bangsa Indonesia. Korban jiwa tak terhitung, harta kekayaan Indonesia dikuras habis-habisan baik yang ada di permukaan tanah ataupun yang terkandung di dalam perut bumi, rakyat dibebani dengan berbagai macam pajak, masyarakat dipecah belah, dan harga diri direndahkan. Penderitaan dan kenestapaan yang berlangsung sangat lama ini merupakan “tumbal”  bagi terwujudnya Indonesia yang merdeka dan terbebas dari segala bentuk penindasan. Salah satu bentuk pengorbanan lain dari proses dikumandangkannya proklamasi kemerdekaan Indonesia, yang sering lepas dari pengamatan kita adalah penderitaan masyarakat sipil di negeri Jepang sendiri.  Tentara kekaisaran Jepang  terkenal dengan semangat yang sangat tinggi, heroik, pantang menyerah, sangat loyal dengan kaisar, dan ribuan dari mereka merupakan pilot “kamikaze”.

Selasa, 02 Agustus 2011

METODE PEMBELAJARAN ILMU PENERBANGAN YANG MENYENANGKAN

7



Sebelum menyampaikan inti pembicaraan yang tertulis pada judul, saya ingin mendompleng cerita tentang salah satu pengalaman suka duka saat melaksanakan pendidikan di Akademi Angkatan Udara.  Akademi Angkatan Udara (AAU) yang berbasis di Pangkalan Angkatan Udara (Lanud) Adisutjipto, merupakan “pendidikan pertama” perwira TNI AU.  Istilah “pendidikan pertama” berbeda dengan “pendidikan pengembangan” yang peserta didiknya sudah tentara aktif.   Misalnya  Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara (Seskoau) yang ada di Lembang Bandung, siswanya berasal dari tentara efektif berpangkat mayor sampai dengan letnan kolonel.   Disini saya hanya ingin mengatakan bahwa peserta didik AAU berasal dari komunitas sipil, yang hampir semuanya belum tahu sama sekali tentang seluk beluk angkatan udara.  Berangkat dari latar belakang tersebut, maka pembinaan peserta didik AAU yang kemudian disebut Karbol, menggunakan cara-cara yang unik.  Cara unik tersebut kadang terkesan keras, tegas, dan kurang humanis.  Namun tidak jarang cara-cara pembinaan dikemas dalam suasana  kekeluargaan yang akrab, penuh  kelembutan,  dan  humoris.   Metode pembinaan ini ditempuh mengingat tuntutan sasaran hasil pendidikan AAU yang sangat tinggi, dan masa pendidikan yang relatif singkat.  Sasaran hasil pendidikan yang dimaksud,  menyangkut kompetensi di bidang  keahlian  yang dibutuhkan angkatan udara serta pembinaan kemampuan kepemimpinan yang baik.  Dengan demikian pengetahuan tentang angkatan udara atau penerbangan yang sangat mendasar, cukup disosialisasikan dalam kehidupan sehari-hari.  Sosialisasi tersebut dioptimalkan secara menyatu dalam bentuk interaksi antara Karbol yunior dan senior, ataupun antara Karbol dengan Pembina. Interaksi berlangsung  tanpa memandang tempat dan waktu.  Bisa pada saat makan, apel,  ataupun “acara khusus” yang dipersiapkan untuk tujuan tersebut.